Tersebutlah, di sebuah negeri antah
berantah. Kekuatan gajah sangat dominan dalam mengusai sebagian wilayah
pasokan makanan bagi kehidupan binatang. Para gajah yang menguasai
wilayah pasangan itu tidak ada lawan tanding yang seimbang. Bahkan
harimau dan singa yang dijuluki sebagai raja hutan atau raja rimba
sekalipun tidak berani memangsa dan mengganggunya. Kondisi inilah yang
membuat para gajah begitu angkuh, sehingga mereka telah menganggap
dirinya sebagai raja dari segala raja yang ada hutan.
“Hwa ha ha ha!” demikian tawa gajah yang menyombongkan dirinya, saat
mengukur diri betapa golongannya jauh lebih kuat dari binatang rimba
lainnya.
Tidak ada yang ditakutinya meski mereka memiliki taring besar seperti
Harimau dan Singa sekalipun. Karena keduanya pastilah menghindar bila
telah berpapasan dengan para Gajah yang dengan angkuh menghentak-hentak
kaki ke bumi dan melambai-lambaikan belalainya seakan ingin merobohkan
semua yang menghalangi perjalanannya.
****
Sementara itu semut kecil terinjak. Berhamburan menyelamatkan diri
masing masing. Kawanan gajah tak perduli dengan apa yang ada di
bawahnya. Mereka terus berjalan menuju tujuannya yang semula. Tak
sedikitpun merasa bersalah akan apa yang telah terjadi saat itu.
Senyap tak bersuara. Hening tiada arti. Semut kecil yang berteriak
diantara para gajah yang bergerombol. Meski teriak memekik makhluk kecil
itu tetap tak akan terdengar. Karena dia berada dalam kekecilan yang
pasti. Sementara dunia luas tetap saja enggan menoleh dan mencari dimana
suara yang samar itu berawal.
Semut-semut kecil yang sedang ramai berkerja itu kini berkerumun
kembali. Menyaksikan saudaranya yang terkapar. Kesedihan diantara mereka
kini begitu mendalam. Karena kematian itu begitu mendadak. Tak pernah
terbayangkan sebelumnya.
Koloni itu kini kembali berhamburan. Saat rombongan gajah yang lain
melintas. Dengan keangkuhan dan keganasan mereka. Beruntunglah kali ini
tidak begitu banyak korban seperti sebelumnya. Karena koloni semut itu
sedang tidak bekerja. Mereka memang sedang menyaksikan keluarga dan
teman mereka yang tadi terinjak oleh rombongan gajah yang pertama.
Setelah keadaan sepi. Mereka yang bersembunyi di balik pepohonan itu
kembali berkumpul. Dengan segara sang pemimpin pasukan pekerja koloni
itu memutuskan untuk membawa para korban ke istananya. Istana yang
berupa sarang didalam tanah.
****
Upacara sakral kini berlangsung. Para tokoh di kerajan semut
berkumpul. Mereka melakukan ritual penghormatan terakhir. Terhadap
saudara mereka sesama koloni yang menjadi korban. Mereka melakukan
upacara itu dengan iringan doa dari semuanya. Supaya yang telah tiada
itu mendapatkan posisi terbaik di sisiNya. Yang maha menguasai dari
seluruh kekuasaan.
Upacara di tutup dengan isak tangis dan keresahan yang dirasakan
seluruh koloni. Karena esok lusa bisa saja Keangkuhan dan kesombongan
para gajah itu kembali terjadi. Karena mereka mendengar kata-kata
terakhir dari gajah yang berlalu dengan ganasnya itu.
“siapapun kalian. Karna tidak menyingkir dari jalan kami. Maka terimalah akibatnya”
Begitulah kata-kata Gajah itu sambil berlalu. Tanpa melihat berapa
banyak korban yang telah tiada. Para Gajah itu memang tidak takut dengan
apapun dan siapapun.
Tiba-tiba dari paling belakang kerumunan ada yang berteriak.
“Ini tidak bisa di biarkan. Mereka terlalu sombong. Mereka terlalu
angkuh hingga kematian saudara kita tidak dihiraukan. Bahkan mereka
tidak menyadari semuanya”
“Betul saudara-saudara. Ini semua sudah keterlaluan” dari tengah kerumunan. dengan badan tinggi besar itu bersuara.
“Tapi bagaimana caranya? Sedangkan singa saja tidak berani mengganggu
gajah. Pada siapa lagi kita akan meminta bantuan?” dari dekat altar
istana, suara itu terdengar.
Setelah itu, kerumunan itu berubah menjadi suara-suara yang gaduh.
Semua membicarakan tentang keangkuhan dan kekejaman gajah. Mereka
merasakan sangat tertekan dan merasa sangat disakiti. Tiba tiba sang
raja semut berdiri di atas altar. Seketika itupun suara-suara mereka
berhenti. Mereka semua menunduk pertanda menghormat kepada sang raja.
“Rakyatku!. Kita semua memang sedang berada dalam posisi yang sangat
sulit. Dan sebelum kita mengambil tindakan apapun. Kita tetap akan
menyamakan dulu tujuan dan cara kita. Dan kita sebagai kaum yang sangat
solid di dunia ini. jangan sampai terpecah belah. Kita harus tetap
menjaga keutuhan kebersamaan kita. Oleh sebab itu sekarang juga aku dan
seluruh perwakilan dari koloni smut akan mengadakan rapat. Jika sudah
mencapai kesepakatan maka akan segera di beritahukan.”
Setelah itu Raja kemudian memasuki istana kembali. Untuk melakukan
rapat mendadak itu. Dan rakyat kini tidak terlalu gaduh. Mereka
menikmati hidangan dari kerajaan. Sebagaiamana biasanya. Karena kerajaan
semut selalu memberi makan seluruh rakyatnya. Tanpa terkecuali dan
tanpa di pilih-pilih. Sang raja sendiri tidak pernah melarang rakyatnya
untuk menggunakan fasilitas kerajaan. Karena semua adalah hasil kerja
rakyatnya.
Namun demikian, rakyat tidak pernah ada yang bersikap tidak sopan.
Rakyat biasanya hanya menggunakan fasilitas seperlunya. Dan rakyat
sangat menghormati dan segan kepada rajanya. Bahkan untuk duduk
bersanding dengan sang raja saja tidak ada yang berani. Walaupun raja
dan tidak pernah melarangnya. Demikia itu adalah rasa hormat rakyatnya,
karena raja sangat menyayangi dan memperhatikan seluruh rakyatnya.
Beberapa jam berlalu. Rakyat kini kembali berdiri. Sang raja telah
kembali berada di altar yang bisa digunakan untuk memberikan
pemberitahuan pada rakyatnya.
“Rakyatku!..Kita sudah mendapatkan cara untuk memberikan pelajaran pada kawanan gajah….”
Raja terus memberikan cara-cara untuk melakukan peringatan keras pada
kawanan Gajah. Beberapa pertanyaan di jawab raja dan para penasehat
dengan sangat jelas. Dan pada saat itu juga, setelah semua jelas dan
tidak ada yang ditanyakan, Semut sebagai kaum pekerja itu segera
berangkat menuju kawanan gajah. Semut memang terbiasa bekerja dan
berjalan di malam hari. Keseharian mereka memang tidak terlihat letih
untuk bekerja. Siang dan malam.
****
Pagi menjelang. Ditengah keheningan hutan yang mulai beranjak terang.
Tiba-tiba kegaduhan terdengar. Raja gajah yang tinggi besar itu
mengamuk. Pohon besar yang ada diatara kawanan gajah ditabrak hingga
bergetar. Raja gajah itu tersungkur kesakitan.
Gajah yang lain mulai berkerumun. Menyaksikan rajanya yang tergelatek
kesakitan karena menabrak pohon besar. Dan tanpa diduga semuanya, raja
kemudian bangkit dan kembali mengamuk. Gajah gajah lain tertabrak.
Beberapa diantaranya langsung terjatuh.
“ampuuun!…sakiit…Ampuuun!” Raja gajah itu terdengar berteriak sambil berlari memutar. Pohon dan rerumputan kecil terlindas.
Dan raja gajah itu menabrak batu yang besar. Dia kembali tersungkur.
Kepalanya terluka karena terbentur batu yang keras itu. Setelah terlihat
tidak bisa berdiri lagi. Kawanan gajah berkumpul mengelilingi rajanya.
“Ada apa rajaku? Siapa yang telah lancang menyakiti kawanan gajah,
akan kita hancurkan. Raja siapa yang berani menyakiti itu?” Putra Raja
gajah bertanya sambil mengusap kepala raja gajah dengan belalainya.
Raja gajah tidak segera menjawab. Dia telihat tersenggal-senggal
bernafas. Karena lelah berlarian. Matanya terlihat meringis menahan
sakit karena tekena benturan dengan pohon dan batu besar. Kemudian dia
berkata.
“Yang menyakitiku adalah semut”
Mendengar perkataan itu. Spontan semua kawanan saling berpandangan.
Beberapa diantaranya ada yang cekikikan menahan tawa. Dan ketika Putra
raja tertawa. Semua kawanan mulai tertawa terbahak. Bahkan ada
diantaranya yang langsung berguling-guling karna tidak tahan menahan
tawa.
Dalam sekejap Raja gajah memaksakan dirinya untuk berdiri. Dan dengan
bantuan putra dan beberapa pengawal raja. Kini raja telah berdiri
tegap. Semua gajah langsung berhenti tertawa. Meskipun diantaranya masih
ada yang menutup mulut mereka dengan belalainya. Karena masih ingin
tertawa. Gajah yang tertawa sambil berguling-guling langsung berdiri
tegap dengan wajah pucat karena raja melihatnya dengan pandangan yang
marah.
“Kalian semua dengarlah! Aku tidak main main kali ini. Para semut
memang bisa menyakiti kita dengan sangat kejam” Raja berkata dengan
keseriusan dan wajah yang meringis menahan sakit.
“Raja! Mereka begitu kecil. Jadi, bagaimana mungkin mereka bisa
menyakiti kita?” Tanya gajah yang paling depan diantara kerumunan itu.
Dia berada tepat di hadapan Raja gajah yang masih terlihat meringis
sambil mengibas-ngibaskan daun telinganya yang lebar.
“Kita harus membalasnya! Kita bisa menghancurkan sarang dan seluruh
penghuni di dalamnya raja. Kenapa kita tidak cepat bertindak?” gajah
yang berada di samping Raja berkata sambil menghentakkan kakinya. Dia
marah sekali kepada semut. Kemudian gajah yang lain mengangnguk sambil
bergumam “ya! Kita harus membalasnya”.
Suasana menjadi gaduh karna obrolan para gajah yang merasa kesal
dengan tingkah semut itu. Hingga obrolan mereka terhenti karena raja
gajah berkata stengah teriak.
“Jangan ceroboh. Sebelum semut-semut itu menyakitiku tadi pagi. Raja
semut telah memperingatkan. Dan kalian harus tau mereka kini berada
dalam telingaku. Dan telinga kalian semua telah berisi semut yang sejak
malam telah bergerak memasuki telinga kita. Dan malam nanti secara
serempak mereka akan menyakiti kita semua. Menyiksa kita karena kita
telah melukai mereka kemarin siang. Ini adalah pembalasan mereka”
Mendengar perkataan raja tersebut. Para gajah langsung panik. Mereka
terlihat sibuk saling melihat telinga temannya yang ada di samping
mereka. Dan ternyata benar semua telinga mereka telah di isi semut dari
berbagai jenis.
“Raja! Bagaimana kita bisa mengeluarkan mereka dari telinga kami?” Tanya gajah yang ada di hadapan raja dengan panik.
“Tidak ada. Karna yang aku tau, semut sangat gigih dan kuat. Bahkan
mereka lebih baik mati daripada melepaskan gigitannya. Itulah yang aku
tau dari dulu. Semut itu memiliki kekuatan dan keteguhan di hati yang
sangat tangguh”
“Jadi apa yang bisa kita lakukan?”
“sebelum mereka menyakitiku. Mereka juga telah mengatakan bahwa
keinginan mereka adalah saling menghargai dan peduli terhadap sesama
penghuni hutan. Dan ancaman itu tidak aku tanggapi hingga mereka
menyakitiku. Awalnya aku juga tertawa, karna kekuatan kita memang jauh
dibanding mereka. Karna kita lebih kuat dari mereka. Tapi semuanya itu
salah, meskipun kita kuat, ternyata kekuatan itu tidak selamanya bisa
membuat kita terlindungi. Bahkan kita bisa disakiti oleh kekuatan kecil
dari semut-semut itu”
Mendengar perkataan raja. Semua gajah langsung tertunduk. Mereka
menyadari bahwa tidak ada yang bisa dilakukan. Mereka ternyata bisa
dikalahkan oleh kekuatan semut yang sangat kecil itu. Melihat semua
terdiam, kemudian raja mulai berbicara lagi.
“Saat ini yang bisa kita lakukah adalah mencoba memahami diri kita
sendiri. Bahwa kita memang selama ini telah begitu angkuh dan terlalu
sombong dengan kekuatan kita. Singa sang raja hutan saja memang tidak
pernah berani menggangu kawanan kita. Tapi hari ini. kita telah
dikalahkan oleh kekuatan semut. Ini memang memalukan. Tapi kita tidak
akan mendapatkan perlakuan ini jika kita menghargai kekuatan kecil
mereka sejak dulu…”
Tiba-tiba Raja terdiam. Dia seolah mendengatkan sesuatu. Dan dengan
gerakannya sang raja menyuruh semua kawanan untuk diam. Raja
mengernyitkan dahinya, dia terlihat sangat konsentrasi.
Beberapa saat itu dilakukan Raja. Dan sepertinya raja sedang
mendengarkan kata-kata dari raja semut yang ada di telinganya. Dan
kemudian Raja mengeluarkan suara suara yang tidak bisa dipahami oleh
gajah yang lainnya. Para gajah hanya diam dia melihat rajanya yang
mengeluarkan suara aneh itu. Setelah itu kemudian raja berhenti dan dia
mulai berbicara seperti biasa lagi.
“Rakyatku. Bersiaplah! Tadi adalah bahasa isyarat untuk para semut
yang ada di lubang telinga kalian. Dan sekarang mereka akan keluar dari
telinga kalian semua. Mereka memang tidak ingin menyakiti kita. Mereka
hanya ingin menyadarkan bahwa tidak ada yang paling kuat sehingga
melupakan mahluk yang lainnya”
Mendengar perkataan raja. Para gajah terdiam. Mereka kini merasakan
dari telinga mereka kelar semut-semut kecil yang berbondong bondong.
Pera gajah melihat semut keluar di telinga kewannya satu persatu.
Barisan panjang itu kemudian terlihat berjalan menuju ke sbelah
****
Setelah kejadian tersebut. Para kawanan gajah tidak pernah lagi
merasa dirinya paling kuat. Sehingga dia tidak pernah menyepelekan
kekuatan kekuatan kecil seperti semut dan binatang yang lainnya. Karna
memang mereka menyadari. Tidak ada kekuatan yang paling sempurna.
Kekuatan besar itu pasti aka nada yang mengalahkan. Bahkan kekuatan
mereka yang besar pun bisa dikalahkan oleh kekuatan kebersamaan koloni
semut. Sejak itu mereka hidup berdampingan dan tidak pernah saling
mengganggu.
****O****
Penulis : R-82 & Sutan Pangeran, sebagai partisipasi dalam event Malam Prosa Kolaborasi di Kompasiana 2011.
http://anaknusantara.com/headline/1958