Laman

Minggu, 17 November 2013

ASAL MULA DUKUH SEMANGKON


Oleh : Mohammad Amin Ramadhan *)

Masing-masing daerah, entah itu dukuhan, desa, kecamatan, kabupaten, bahkan provinsi sekali pun, pastilah mempunyai riwayat/sejarah sendiri-sendiri. Termasuk salah satu yang akan saya ceritakan di sini adalah Asal Mula Dukuh Semangkon. Cerita ini saya dapatkan dari salah satu penduduk di dukuhan tersebut yang tidan mau disebut namanya. Tentang kebenaran cerita ini, saya sendiri tidak tahu. Namun, yang beredar di masyarakat di sekitar desa tersebut mempercayai hal ini. Berikut ini adalah ceritanya.
Dukuh Semangkon terletak di Desa Tempaling Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang. Dahulu kala di tempat itu hiduplah keluarga petani. Di musim kemarau mereka selalu menanam buah Semangka. Lahan yang ada di dukuh ini sangat cocok ditanam Semangka daripada tanaman yang lain karena di sini sebagian besar adalah tanah tadah hujan, yang artinya hanya ada airnya jika musim penghujan tiba.
Seperti biasanya musim kemarau pun tiba. Petani tersebut mengolah tanahnya untuk ditanami semangka. Semangka tumbuh dengan subur. Beberapa bulan kemudian buahnya siap dipanen. Mereka menyiapkan pedati dan karung untuk memanen semangka. Esok harinya yang sudah ditentukan, pagi-pagi sekali mereka sudah sampai di ladang Semangka mereka. Alangkah terkejutnya mereke, ladang Semangka mereka telah rusak. Buah-buah bertebaran di mana-mana dalam keadaan menyedihkan. Gagallah mereka memanen semangka. Keuntungan yang sudah di depan mata lenyap seketika. Siapa gerangan yang tega berbuat ini di ladang mereka? Mereka hanya bias bertanya dalam hati. Tidak ada bukti yang bias menunjukkan pelakunya. Kalau memang mereka pencuri biasa, tentu akan diambil semua tak aka n ada yang tersisa. Namun, ini banyak sekali buah semangka yang rusak da ditinggalkan begitu saja. Sungguh aneh sekali, pikirnya.
Mereka tak putus asa dengan kejadian tersebut. Musim kemarau berikutnya mereka kembali menanam Semangka dengan harapan tidak aka nada kejadian lagi seperti tahun kemarin. Kali ini untuk mengantisipasi kejadian tahun lalu, ketika musim panen hendak tiba, mereka menjaganya siang dan malam. Selain itu, mereka juga ingin mengetahui siapa gerangan yang telah merusak tanaman semangka pada tahun yang lalu. Mereka tidak ingin kecolongan lagi dengan  cara lebih memperketat penjagaan.
Dengan ketekunan dan tidak kenal lelah serta kejelian yang luar biasa, mereka mengamati setiap hal yang dirasa mencurigakan. Perkembangan dan pertumbuhan tanaman semangka diamati dengan teliti. Dari buahnya yang dulu kecil hingga membesar selalu mereka pantau.
Pada suatu hari di saat buah Semangka sudah mulai membesar, mereka kaget luar biasa dengan munculnya beberapa ekor kadal yang besar dan merayap dari dalam buah Semangka. Begitu tahu kalau ada orang yang memperhatikan, kadal-kadal itu segera lari dan melompat di antara buah semangka yang lain. Lenyaplah kadal-kadal besar itu dari hadapan mereka.
Esok harinya mereka menjumpai hal itu berulang dan ketika di kejar kadal-kadal itu lenyap dan menghilang lagi dengan cepat. Jumlahnya pun semakin banyak dari hari ke hari. Hal ini dimungkinkan karena buah Semangka semakin tua dan mendekati musim panen. Dari kejadian itu dan buah Semangka yang rusak cirri-cirinya sama seperti tahun lalu, petani akhirnya mengetahui bahwa selama ini yang memakan dan merusak buah Semangka mereka adalah hewan sejenis kadal. Orang desa itu menyebutnya “Blunkon” atau “Bunglon”. Blungkon adalah hewan sejenis reptile yang bias mengubah warna kulitnya sesuai dengan lingkungan yang ditempati (mimikri).
Segera penduduk desa memutar otak bagaimana caranya untuk bisa menangkap bunglon-bunglon yang berjumlah ratusan bahkan ribuan itu. Ini harus dilakukan oleh penduduk desa, kalau tanaman buah Semangka mereka ingin aman dan mereka dapat menikmati hasil panen buah Semangka. Ternyata tidaklah mudah menangkap hewan-hewan ini. Tentu saja karena binatang ini dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ditambah lagi di daerah itu banyak sekali batang-batang bamboo yang menjadi istana bagi hewan-hewan jenis ini.
Dengan kerja keras dan tak kenal menyerah, akhirnya warga desa dapat membasmi bunglon-bunglon yang telah memporak-porandakan buah Semangka mereka. Mereka memajatkan puji syukur kehadirat Tuhan karena telah terbebas dari hama bunglon yang menyerang tanaman buah Semangka mereka.
Tokoh masyarakat setempat dari desa itu akhirnya berkata kepada warga desa di situ, “Untuk mengingat-ingat peristiwa ini, besok kalau ada keramaian di wilayah ini, maka wilayah ini kita beri nama ‘Semangkon’ yang berasal dari kata ‘Semangka’ dan ‘Blungkon’. Mari kita rayakan keberhasilan kita membasmi hama yang meresahkan desa ini.”
Demikianlah asal mula pemberian nama Pedukuhan Semangkon yang terletak di Desa Tempaling Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang.

*) Penulis adalah siswa kelas VIII H SMP Negeri 1 Lasem.

LEGENDA PEDUKUHAN BENDAN (DESA SENDANG ASRI)


Oleh : Edy Sugiyanto

Pada zaman dahulu di tengah-tengah hutan belantara yang ditumbuhi banyak pepohonan, ada sebuah telaga kecil yang airnya sangat jernih. Begitu jernihnya ikan dan apa-apa yang terdapat di dasar telaga itu begitu jelas terlihat oleh mata yang memandang dan orang-orang yang melihat akan berdecak kagum melihatnya. Sayang, belum banyak orang yang tahu tempat itu. Beredar kabar dari orang-orang di sekitar hutan itu, tempat di mana telaga itu berada terkenal sangat angker.  Meskipun terkenal angker, orang-orang di sekitar desa setempat sering menggunakan telaga itu untuk mencuci pakaian dan juga untuk mandi.
Pada suatu hari, ada seorang perempuan muda yang sedang mencuci pakaian. Perempuan muda itu sering dipaggil Sri. Entah mengapa dan tidak biasanya ia pergi ke telaga itu sendirian. Biasanya yang datang ke telaga itu untuk mencuci beramai-ramai.  Entah datangnya dari mana, tiba-tiba di dekat pohon yang besar persis di belakang perempuan itu muncullah seorang lelaki tua yang berambut serba putih, berambut panjang, dan berjenggot panjang. Ia mengenakan pakaian serba putih.  Jelas saja perempuan yang bernama Sri itu terkejut bukan main. Dalam terkejut dan rasa agak takutnya itu, ia beranikan diri untuk bertanya kepada orang tua berjenggot panjang itu.
“Simbah ini siapa? Kok  tiba-tiba ada di tempat ini mengagetkan saya?” Tanya perempuan itu.
Orang tua berjenggot panjang serba putih itu tertawa, “ Ha, ha, ha. Ketahuilah, nduk. Aku ini penunggu telaga ini. Aku lah yang sering dipanggil Mbah Jenggot. Ha, ha, ha.”
Setelah menjawab pertanyaan perempuan itu, orang tua itu langsung menghilang. Tentu saja hal itu semakin membuat takut perempuan muda itu. Bergegas saja ia mengambil cuciannya yang belum selesai dan berlari meninggalkan telaga itu.
Sesampainya di pekarangan rumah, ia bertemu dengan orang-orang di desanya. Dengan nafas tersenggal-senggal bak dikejar harimau, ia menceritakan apa yang telah dialaminya di telaga tempat mencuci pakaian warga sekitar hutan itu. Mendengar cerita itu orang-orang terutama perempuan-perempuan di desa itu menjadi semakin takut untuk mencuci lagi ke telaga itu. Padahal telaga itu adalah satu-satunya tumpuan orang-orang di sekitar desa itu untuk melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari, terutama untuk mencuci pakaian.
Namun, ada seseorang yang tidak percaya sama sekali apa yang diceritakan perempuan yang bernama Sri itu. Pemuda itu tidak akan percaya kalau dirinya tidak membuktikan sendiri kebenaran cerita perempuan tadi. Akhirnya ia berencana untuk membuktikan kebenaran cerita tentang orang tua berjenggot panjang yang diceritakan oleh Sri.
Ketika hari menjelang magrib, pemuda itu berangkat menuju telaga di tengah hutan yang tidak begitu jauh dari desa itu. Ia berangkat sendirian. Sesampai di telaga itu ia langsung melepaskan pakaiannya dan terjun ke telaga itu untuk mandi. Tidak berapa lama kemudian, angin bertiup kencang. Bersamaan itu pula muncullah orang tua berpakaian putih berjenggot panjang. Seketika itu pula lelaki yang mandi di telaga itu langsung pingsan. Ia terbangun keesokan harinya, dan baru lah percaya bahwa yang dikatakan perempuan muda di desanya itu memang benar. Barulah ia mempercayai bahwa telaga itu memang angker.
Apa yang telah dialaminya diceritakan pula kepada orang-orang desa. Oleh masyarakat di desa itu telaga yang airnya jernih (bening) yang di kelilingi oleh pepohonan dan tumbuh-tumbuhan terlihat begitu “asri” yang ada di sekitar hutan dekat desa itu, mereka menamainya “Sendang Asri” yang berasal dari kata “sendang” yang berarti “telaga yang jernih airnya” dan kata “Asri” karena di sekitar sendang itu banyak pepohonan dan tumbuhan sehingga menimbulkan skesan asri.
Di dekat telaga terdapat pepohonan besar tempat munculnya mbah Jenggot ketika menemui perempuan yang bernama Sri, terdapat sebuah sumur. Oleh salah satu warga masyarakat di sekitar tempat itu yang bernama Pak Timbul, sumur itu diberi nama “Bendo”. Perlu diketahui sumur itu tidak pernah kering meskipun pada musim kemarau meskipun airnya diambil terus setiap harinya.
Pada suatu hari ada seseorang dari bangsa China yang merantau dan tersesat di sekitar tempat itu. Karena merasa badannya sudah kotor dan berkeringat, lelaki asal China itu berniat mandi di sumur itu. Kebetulan pak Timbul ketika itu sedang berada di situ.
Lelaki China itu berrtanya kepada Pak Timbul, “Sumur apa ini, Pak?”
“ O sumur ini ya, Mr. Orang-orang di desa ini menamai sumur ini Bendo” jawab Pak Timbul.
“Apa? Sumur Bendan?” Tanya lelaki China itu sekali lagi.
“Bukan. Ini sumur Bendo”, Pak Timbul berusaha membetulkan.
Karena lelaki China itu tidak dapat mengucapkan “bendo”, maka timbullah perselisihan kata antara kata “bendo” dan “bendan”. Akhirnya, oleh penduduk setempat berdasarkan kejadian perselisihan nama tersebut, orang-orang lebih enak mengucapkan nama “bendan” sehingga dukuhan itu lebih dikenal dengan dukuh Bendan.
Demikianlah sekelumit asal-usul dukuh Bendan dan Desa Sendang Asri. Karena keduanya sangat berhubungan erat.

ASAL MULA DESA KAUMAN KECAMATAN LASEM


Oleh : Devie Indriyani *)

Menelusuri legenda tentang terjadinya suatu tempat, salah satu caranya adalah dengan meminta penjelasan dari para orang tua, kakek-nenek, sesepuh desa atau pun tokoh masyarakat yang paling tidak sudah berdomisili lama di tempat itu. Namun, tentang kebenarannya belum dapat kita percaya seratus persen.
Cerita yang berkembang di masyarakat pun sering kali sudah dibumbui dengan cerita-cerita tambahan, entah benar dan tidaknya. Bagaimana juga tidak ada seorang pun yang tahu persis kejadian sebenarnya. Kita hanya dapat menerima cerita itu turun-temurun dan cerita yang berkembang di masyarakat. Percaya atau tidak, ini hanyalah sebuah dongeng dari mulut ke mulut. Berikut salah satunya tentang dongeng lengenda yang berkembang di sekitar masyarakat desa Kauman Kecamatan Lasem. Berikut ini kisahnya.
Dahulu kala terdapat sekelompok orang yang menghuni hutan. Orang-orang ini merasa tidak nyaman setiap harinya dikarenakan ketentraman mereka selalu diganggu oleh binatang-binatang, para budi srani, dan penunggu lainnya.
Pada suatu hari mereka mengadakan musyawarah yang dipimpin oleh Eyang Dullah Srengat. Musyawarah tersebut dilakukan dalam rangka untuk mengadakan perlawanan kepada penunggu hutan. Perlawanan tersebut mereka lakukan dengan cara menebang sebuah pohon yang merupakan tempat persembunyian para pengganggu kehidupan mereka.
Pada hari yang telah ditentukan, berangkatlah Eyang Dullah Srengat bersama teman-temannya untuk mengadakan perlawanan dengan penunggu hutan itu. Namun, dalam beberapa kali penyerangan, Eyang Dullah Srengat mengalami beberapa hambatan sehingga penaklukan kepada penunggu hutan belum membuahkan hasil.
Pada suatu hari ada muncullah seseorang yang berasal dari Klaten yang bernama Eyang Amir Mahmud. Kedatangan Eyang Amir Mahmud sebenarnya adalah ingin menemui Raden Betoro Katong. Namun, belum sempat bertemu dengan Raden Betoro Katong, Amir Mahmud bertemu dengan Eyang Dullah Srengat dan beberapa penduduk di wilayah hutan itu.
“Kalau boleh tahu, kisanak ini siapa?” tanya Eyang Dullah Srengat.
“Perkenalkan, saya Amir Mahmud dari Klaten. Tujuan saya kemari ingin menemui Raden Betoro Katong.” Jawab Eyang Amir Mahmud.
Melihat penampilan Eyang Amir Mahmud, Eyang Dullah Srengat yakin bahwa beliau adalah orang yang mempunyai kemampuan lebih. Hal ini tergambar jelas dari pakaian yang dikenakan Eyang Amir Mahmud dan tata bahasa yang digunakannya menunjukkan bahwa orang yang ada di hadapannya bukanlah orang yang sembarangan. Maka langsung saja Eyang Dullah Srengat meminta bantuan kepada Eyang Amir Mahmud.
“Kalau tidak berkeberatan, saya dan warga di sini mengharapkan agar Kinasak berkenan membantu usaha kami untuk mengusir dan menaklukkan penghuni hutan yang meresahkan warga kampong di sini.” Pinta Eyang Dullah Srengat.
“Saya adalah orang biasa sama dengan kalian semua. Namun, saya akan berusaha membantu sekuat tenaga saya untuk melumpuhkan para penunggu hutan di sini.” Jawab Eyang Amir Mahmud berusaha merendahkan diri.
Akhirnya, dalam penyerangan kali ini Eyang Dullah Srengat yang dibantu Eyang Amir Mahmud berhasil membakar pohon yang menjadi tempat persembunyian para penunggu hutan. Mereka melakukannya dengan menggunakan cara tradisional yaitu dengan menggesek-gesekkan batu lintang ke pohon yang telah dilingkari dengan bunga alang-alang. Gesekan batu lintang ke pohon menimbulkan percikan api dan membakar bunga alang-alang tersebut.  Api yang semula kecil menjadi semakin besar dan membesar sehingga pohon besar tempat persembunyian makhluk halus penunggu hutan itu lambat laun tumbang. Guncangan hebat dan suara yang begitu dahsyatnya menyertai tumbangnya pohon besar itu. Bumi pun bergetar hebat. Bersamaan itu pula muncul seorang pertapa ngalong bernama Ki Bekel Wiryo Dikromo Niti atau yang biasa dipanggil dengan sebutan Mbah Solo (yang sekarang di makamkan di Kedung Pawon).
Sama halnya dengan Eyang Amir Mahmud, maka Ki Bekel Wiryo Dikromo Niti juga sangat berperan dan berjasa turut membantu menaklukkan makhluk halus penunggu hutan itu. Berkat kesaktian mereka, akhirnya kawasan hutan berhasil ditaklukkan dan kini masyarakat sudah tidak takut lagi dihantui oleh baying-bayang penunggu hutan itu.
Walaupun kawasan hutan telah ditaklukkan tetapi mereka tidak akan mengganggu kawula penghuni hutan. Ini artinya hutan tetap dalam keadaan aman sebagaimana yang telah diucapkan oleh Eyang Amir Mahmud ketika menancapkan tongkat (teken) di dekat pohon yang tumbang itu sebagai tanda telukan.
Di sisi lain Eyang Dullah Srengat tetap meminta supaya kehidupannya di dalam hutan tidak diganggu oleh kawula hutan. Pembicaraan kedua orang itu disaksikan oleh Ki Bekel Wiryo Dikromo Niti. Maka atas permintaan kedua orang tersebut, Ki Bekel Wiryo dikromo Niti berkata.
“Hutan telukan ini adalah laladan kawulo aman. “

Dalam perkembangannya kawasan hutan taklukan dari eyang Dullah Srengat, Amir Mahmud dan Ki Bekel Wiryo Dikromo Niti telah menjadi daerah yang maju dan berkembang dengan pesat. Sehingga terbentuklah suatu pemerintahan dengan nama “Kauman” yang berasal dari istilah “Kawulo Slamet Aman”.
Demikianlah kisah singkat terjadinya Desa Kauman yang sekarang menjadi desa yang maju, masyarakatnya pun modern dan berpola pikir modern.

................................................................selesai ........................................................................


 *) Penulis adalah salah satu siswi kelas VIII F di SMP Negeri 1 Lasem. Karya "Asal Mula Desa Kauman Kecamatan Lasem" terpilih sebagai salah satu karya terbaik kedua untuk kategori Putri pada ajang Lomba Menulis Cerita Rakyat Daerah Kabupaten Rembang yang diselenggarakan oleh Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Rembang.


Selasa, 26 Maret 2013

Semut dan Gajah

 http://www.factngossip.com

Tersebutlah, di sebuah negeri antah berantah. Kekuatan gajah sangat dominan dalam mengusai sebagian wilayah pasokan makanan bagi kehidupan binatang. Para gajah yang menguasai wilayah pasangan itu tidak ada lawan tanding yang seimbang. Bahkan harimau dan singa yang dijuluki sebagai raja hutan atau raja rimba sekalipun tidak berani memangsa dan mengganggunya. Kondisi inilah yang membuat para gajah begitu angkuh, sehingga mereka telah menganggap dirinya sebagai raja dari segala raja yang ada hutan.
“Hwa ha ha ha!” demikian tawa gajah yang menyombongkan dirinya, saat mengukur diri betapa golongannya jauh lebih kuat dari binatang rimba lainnya.
Tidak ada yang ditakutinya meski mereka memiliki taring besar seperti Harimau dan Singa sekalipun. Karena keduanya pastilah menghindar bila telah berpapasan dengan para Gajah yang dengan angkuh menghentak-hentak kaki ke bumi dan melambai-lambaikan belalainya seakan ingin merobohkan semua yang menghalangi perjalanannya.
****
Sementara itu semut kecil terinjak. Berhamburan menyelamatkan diri masing masing. Kawanan gajah tak perduli dengan apa yang ada di bawahnya. Mereka terus berjalan menuju tujuannya yang semula. Tak sedikitpun merasa bersalah akan apa yang telah terjadi saat itu.
Senyap tak bersuara. Hening tiada arti. Semut kecil yang berteriak diantara para gajah yang bergerombol. Meski teriak memekik makhluk kecil itu tetap tak akan terdengar. Karena dia berada dalam kekecilan yang pasti. Sementara dunia luas tetap saja enggan menoleh dan mencari dimana suara yang samar itu berawal.
Semut-semut kecil yang sedang ramai berkerja itu kini berkerumun kembali. Menyaksikan saudaranya yang terkapar. Kesedihan diantara mereka kini begitu mendalam. Karena kematian itu begitu mendadak. Tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Koloni itu kini kembali berhamburan. Saat rombongan gajah yang lain melintas. Dengan keangkuhan dan keganasan mereka. Beruntunglah kali ini tidak begitu banyak korban seperti sebelumnya. Karena koloni semut itu sedang tidak bekerja. Mereka memang sedang menyaksikan keluarga dan teman mereka yang tadi terinjak oleh rombongan gajah yang pertama.
Setelah keadaan sepi. Mereka yang bersembunyi di balik pepohonan itu kembali berkumpul. Dengan segara sang pemimpin pasukan pekerja koloni itu memutuskan untuk membawa para korban ke istananya. Istana yang berupa sarang didalam tanah.
****
Upacara sakral kini berlangsung. Para tokoh di kerajan semut berkumpul. Mereka melakukan ritual penghormatan terakhir. Terhadap saudara mereka sesama koloni yang menjadi korban. Mereka melakukan upacara itu dengan iringan doa dari semuanya. Supaya yang telah tiada itu mendapatkan posisi terbaik di sisiNya. Yang maha menguasai dari seluruh kekuasaan.
Upacara di tutup dengan isak tangis dan keresahan yang dirasakan seluruh koloni. Karena esok lusa bisa saja Keangkuhan dan kesombongan para gajah itu kembali terjadi. Karena mereka mendengar kata-kata terakhir dari gajah yang berlalu dengan ganasnya itu.
“siapapun kalian. Karna tidak menyingkir dari jalan kami. Maka terimalah akibatnya”
Begitulah kata-kata Gajah itu sambil berlalu. Tanpa melihat berapa banyak korban yang telah tiada. Para Gajah itu memang tidak takut dengan apapun dan siapapun.
Tiba-tiba dari paling belakang kerumunan ada yang berteriak.
“Ini tidak bisa di biarkan. Mereka terlalu sombong. Mereka terlalu angkuh hingga kematian saudara kita tidak dihiraukan. Bahkan mereka tidak menyadari semuanya”
“Betul saudara-saudara. Ini semua sudah keterlaluan” dari tengah kerumunan. dengan badan tinggi besar itu bersuara.
“Tapi bagaimana caranya? Sedangkan singa saja tidak berani mengganggu gajah. Pada siapa lagi kita akan meminta bantuan?” dari dekat altar istana, suara itu terdengar.
Setelah itu, kerumunan itu berubah menjadi suara-suara yang gaduh. Semua membicarakan tentang keangkuhan dan kekejaman gajah. Mereka merasakan sangat tertekan dan merasa sangat disakiti. Tiba tiba sang raja semut berdiri di atas altar. Seketika itupun suara-suara mereka berhenti. Mereka semua menunduk pertanda menghormat kepada sang raja.
“Rakyatku!. Kita semua memang sedang berada dalam posisi yang sangat sulit. Dan sebelum kita mengambil tindakan apapun. Kita tetap akan menyamakan dulu tujuan dan cara kita. Dan kita sebagai kaum yang sangat solid di dunia ini. jangan sampai terpecah belah. Kita harus tetap menjaga keutuhan kebersamaan kita. Oleh sebab itu sekarang juga aku dan seluruh perwakilan dari koloni smut akan mengadakan rapat. Jika sudah mencapai kesepakatan maka akan segera di beritahukan.”
Setelah itu Raja kemudian memasuki istana kembali. Untuk melakukan rapat mendadak itu. Dan rakyat kini tidak terlalu gaduh. Mereka menikmati hidangan dari kerajaan. Sebagaiamana biasanya. Karena kerajaan semut selalu memberi makan seluruh rakyatnya. Tanpa terkecuali dan tanpa di pilih-pilih. Sang raja sendiri tidak pernah melarang rakyatnya untuk menggunakan fasilitas kerajaan. Karena semua adalah hasil kerja rakyatnya.
Namun demikian, rakyat tidak pernah ada yang bersikap tidak sopan. Rakyat biasanya hanya menggunakan fasilitas seperlunya. Dan rakyat sangat menghormati dan segan kepada rajanya. Bahkan untuk duduk bersanding dengan sang raja saja tidak ada yang berani. Walaupun raja dan tidak pernah melarangnya. Demikia itu adalah rasa hormat rakyatnya, karena raja sangat menyayangi dan memperhatikan seluruh rakyatnya.
Beberapa jam berlalu. Rakyat kini kembali berdiri. Sang raja telah kembali berada di altar yang bisa digunakan untuk memberikan pemberitahuan pada rakyatnya.
“Rakyatku!..Kita sudah mendapatkan cara untuk memberikan pelajaran pada kawanan gajah….”
Raja terus memberikan cara-cara untuk melakukan peringatan keras pada kawanan Gajah. Beberapa pertanyaan di jawab raja dan para penasehat dengan sangat jelas. Dan pada saat itu juga, setelah semua jelas dan tidak ada yang ditanyakan, Semut sebagai kaum pekerja itu segera berangkat menuju kawanan gajah. Semut memang terbiasa bekerja dan berjalan di malam hari. Keseharian mereka memang tidak terlihat letih untuk bekerja. Siang dan malam.
****
Pagi menjelang. Ditengah keheningan hutan yang mulai beranjak terang. Tiba-tiba kegaduhan terdengar. Raja gajah yang tinggi besar itu mengamuk. Pohon besar yang ada diatara kawanan gajah ditabrak hingga bergetar. Raja gajah itu tersungkur kesakitan.
Gajah yang lain mulai berkerumun. Menyaksikan rajanya yang tergelatek kesakitan karena menabrak pohon besar. Dan tanpa diduga semuanya, raja kemudian bangkit dan kembali mengamuk. Gajah gajah lain tertabrak. Beberapa diantaranya langsung terjatuh.
“ampuuun!…sakiit…Ampuuun!” Raja gajah itu terdengar berteriak sambil berlari memutar. Pohon dan rerumputan kecil terlindas.
Dan raja gajah itu menabrak batu yang besar. Dia kembali tersungkur. Kepalanya terluka karena terbentur batu yang keras itu. Setelah terlihat tidak bisa berdiri lagi. Kawanan gajah berkumpul mengelilingi rajanya.
“Ada apa rajaku? Siapa yang telah lancang menyakiti kawanan gajah, akan kita hancurkan. Raja siapa yang berani menyakiti itu?” Putra Raja gajah bertanya sambil mengusap kepala raja gajah dengan belalainya.
Raja gajah tidak segera menjawab. Dia telihat tersenggal-senggal bernafas. Karena lelah berlarian. Matanya terlihat meringis menahan sakit karena tekena benturan dengan pohon dan batu besar. Kemudian dia berkata.
“Yang menyakitiku adalah semut”
Mendengar perkataan itu. Spontan semua kawanan saling berpandangan. Beberapa diantaranya ada yang cekikikan menahan tawa. Dan ketika Putra raja tertawa. Semua kawanan mulai tertawa terbahak. Bahkan ada diantaranya yang langsung berguling-guling karna tidak tahan menahan tawa.
Dalam sekejap Raja gajah memaksakan dirinya untuk berdiri. Dan dengan bantuan putra dan beberapa pengawal raja. Kini raja telah berdiri tegap. Semua gajah langsung berhenti tertawa. Meskipun diantaranya masih ada yang menutup mulut mereka dengan belalainya. Karena masih ingin tertawa. Gajah yang tertawa sambil berguling-guling langsung berdiri tegap dengan wajah pucat karena raja melihatnya dengan pandangan yang marah.
“Kalian semua dengarlah! Aku tidak main main kali ini. Para semut memang bisa menyakiti kita dengan sangat kejam” Raja berkata dengan keseriusan dan wajah yang meringis menahan sakit.
“Raja! Mereka begitu kecil. Jadi, bagaimana mungkin mereka bisa menyakiti kita?” Tanya gajah yang paling depan diantara kerumunan itu. Dia berada tepat di hadapan Raja gajah yang masih terlihat meringis sambil mengibas-ngibaskan daun telinganya yang lebar.
“Kita harus membalasnya! Kita bisa menghancurkan sarang dan seluruh penghuni di dalamnya raja. Kenapa kita tidak cepat bertindak?” gajah yang berada di samping Raja berkata sambil menghentakkan kakinya. Dia marah sekali kepada semut. Kemudian gajah yang lain mengangnguk sambil bergumam “ya! Kita harus membalasnya”.
Suasana menjadi gaduh karna obrolan para gajah yang merasa kesal dengan tingkah semut itu. Hingga obrolan mereka terhenti karena raja gajah berkata stengah teriak.
“Jangan ceroboh. Sebelum semut-semut itu menyakitiku tadi pagi. Raja semut telah memperingatkan. Dan kalian harus tau mereka kini berada dalam telingaku. Dan telinga kalian semua telah berisi semut yang sejak malam telah bergerak memasuki telinga kita. Dan malam nanti secara serempak mereka akan menyakiti kita semua. Menyiksa kita karena kita telah melukai mereka kemarin siang. Ini adalah pembalasan mereka”
Mendengar perkataan raja tersebut. Para gajah langsung panik. Mereka terlihat sibuk saling melihat telinga temannya yang ada di samping mereka. Dan ternyata benar semua telinga mereka telah di isi semut dari berbagai jenis.
“Raja! Bagaimana kita bisa mengeluarkan mereka dari telinga kami?” Tanya gajah yang ada di hadapan raja dengan panik.
“Tidak ada. Karna yang aku tau, semut sangat gigih dan kuat. Bahkan mereka lebih baik mati daripada melepaskan gigitannya. Itulah yang aku tau dari dulu. Semut itu memiliki kekuatan dan keteguhan di hati yang sangat tangguh”
“Jadi apa yang bisa kita lakukan?”
“sebelum mereka menyakitiku. Mereka juga telah mengatakan bahwa keinginan mereka adalah saling menghargai dan peduli terhadap sesama penghuni hutan. Dan ancaman itu tidak aku tanggapi hingga mereka menyakitiku. Awalnya aku juga tertawa, karna kekuatan kita memang jauh dibanding mereka. Karna kita lebih kuat dari mereka. Tapi semuanya itu salah, meskipun kita kuat, ternyata kekuatan itu tidak selamanya bisa membuat kita terlindungi. Bahkan kita bisa disakiti oleh kekuatan kecil dari semut-semut itu”
Mendengar perkataan raja. Semua gajah langsung tertunduk. Mereka menyadari bahwa tidak ada yang bisa dilakukan. Mereka ternyata bisa dikalahkan oleh kekuatan semut yang sangat kecil itu. Melihat semua terdiam, kemudian raja mulai berbicara lagi.
“Saat ini yang bisa kita lakukah adalah mencoba memahami diri kita sendiri. Bahwa kita memang selama ini telah begitu angkuh dan terlalu sombong dengan kekuatan kita. Singa sang raja hutan saja memang tidak pernah berani menggangu kawanan kita. Tapi hari ini. kita telah dikalahkan oleh kekuatan semut. Ini memang memalukan. Tapi kita tidak akan mendapatkan perlakuan ini jika kita menghargai kekuatan kecil mereka sejak dulu…”
Tiba-tiba Raja terdiam. Dia seolah mendengatkan sesuatu. Dan dengan gerakannya sang raja menyuruh semua kawanan untuk diam. Raja mengernyitkan dahinya, dia terlihat sangat konsentrasi.
Beberapa saat itu dilakukan Raja. Dan sepertinya raja sedang mendengarkan kata-kata dari raja semut yang ada di telinganya. Dan kemudian Raja mengeluarkan suara suara yang tidak bisa dipahami oleh gajah yang lainnya. Para gajah hanya diam dia melihat rajanya yang mengeluarkan suara aneh itu. Setelah itu kemudian raja berhenti dan dia mulai berbicara seperti biasa lagi.
“Rakyatku. Bersiaplah! Tadi adalah bahasa isyarat untuk para semut yang ada di lubang telinga kalian. Dan sekarang mereka akan keluar dari telinga kalian semua. Mereka memang tidak ingin menyakiti kita. Mereka hanya ingin menyadarkan bahwa tidak ada yang paling kuat sehingga melupakan mahluk yang lainnya”
Mendengar perkataan raja. Para gajah terdiam. Mereka kini merasakan dari telinga mereka kelar semut-semut kecil yang berbondong bondong. Pera gajah melihat semut keluar di telinga kewannya satu persatu. Barisan panjang itu kemudian terlihat berjalan menuju ke sbelah
****
Setelah kejadian tersebut. Para kawanan gajah tidak pernah lagi merasa dirinya paling kuat. Sehingga dia tidak pernah menyepelekan kekuatan kekuatan kecil seperti semut dan binatang yang lainnya. Karna memang mereka menyadari. Tidak ada kekuatan yang paling sempurna. Kekuatan besar itu pasti aka nada yang mengalahkan. Bahkan kekuatan mereka yang besar pun bisa dikalahkan oleh kekuatan kebersamaan koloni semut. Sejak itu mereka hidup berdampingan dan tidak pernah saling mengganggu.
****O****
Penulis : R-82 & Sutan Pangeran, sebagai partisipasi dalam event Malam Prosa Kolaborasi di Kompasiana 2011.
http://anaknusantara.com/headline/1958

Jumat, 15 Maret 2013

KATA BIJAK MARIO TEGUH

Apa pun yang tidak akan menjadikan Anda kuat dan mandiri di masa depan, tinggalkan.
Masa lalu yang menyedihkan ada untuk dijadikan sebagai pelajaran agar kesalahan yang sama tidak kembali terulang.
Jika kamu menyerah hanya karena kata-kata orang lain yang ingin menjatuhkanmu, berarti kamu gagal dan orang itu berhasil.
Kadang mengalah dan meminta maaf itu lebih baik daripada menjelaskan segalanya kepada orang yang tak mau mengerti
Kadang kita terjatuh hanya supaya bisa lebih kuat untuk bangkit dan melompat lebih tinggi. Percayalah pada rencana Tuhan.
Kadang hal-hal buruk Tuhan hadirkan ke dalam hidupmu untuk mengingatkanmu pada hal-hal baik yang lupa kamu syukuri.
Tidak ada kebahagiaan dalam kelemahan. Jangan lagi berlama-lama dalam kelemahan hidup.
Janganlah mengkhawatirkan masa depan, karena Tuhan sudah menunggumu di sana.


Bila kita mencari uang, kita akan dipaksa mengupayakan pelayanan yang terbaik. Tetapi jika kita mengutamakan pelayanan yang baik, maka kitalah yang akan dicari uang.

Budi Pekerti adalah tindakan baik yang didasari oleh tujuan yang baik. Tujuan kemanusiaan dari budi pekerti adalah agar anda berguna bagi sesama.

Tidak mungkin ada dua benda dalam satu ruang. Pilih apa yang hendak anda masukkan ke hati anda : kebaikan atau kejahatan?

Kasih sayang itu sederhana. Tetapi, tidak sederhana perannya dalam mencantikkan kehidupan kita. Marilah kita mengikhlaskanlah diri untuk mengasihi pasangan kita sepenuhnya.

idak ada harga atas waktu, tapi waktu sangat berharga. Memilik waktu tidak menjadikan kita kaya, tetapi menggunakannya dengan baik adalah sumber dari semua kekayaan.

Kita lebih menghormati orang miskin yang berani daripada orang kaya yang penakut. Karena sebetulnya telah jelas perbedaan kualitas masa depan yang akan mereka capai.

Waktu, mengubah semua hal, kecuali kita. Kita mungkin menua dengan berjalanannya waktu, tetapi belum tentu membijak. Kita-lah yang harus mengubah diri kita sendiri.

Hidup ini tidak mudah, tapi tidak ada kesulitan yang tidak memiliki jalan keluar. Janganlah kita berfokus pada yang sulit, tapi pada yang harus kita lakukan dengan lebih baik dan segera.

Engkau akan menjadi manusia yang tidak berguna jika engkau suka melakukan yang tidak penting.

Memang ngomong itu mudah, itu sebabnya pemalas hanya maunya bicara dan mengeluh bahwa tindakan itu sulit.

Berfokuslah pada satu keinginan yang pencapaiannya memungkinkan pencapaian dari banyak keinginan. Segala sesuatu dimulai dari keinginan. Keinginan bukanlah sumber derita. Keinginan besar tapi tanpa tindakan adalah pemasti penderitaan.

Terkadang, yang paling tidak enak didengar adalah yang paling kita perlukan.
Karena Anda akan bermimpi,
mimpikanlah yang indah.
Karena Anda akan berpikir,
pikirkanlah yang besar.
Dan karena Anda akan bekerja,
kerjakanlah yang terbaik.
Tidak ada kedamaian di jalan
yang setengah-setengah.
Hidup dan bekerjalah untuk
menjadi yang terbaik dalam
melakukan yang Anda lakukan.
Dalam kesungguhan itulah,
mudah-mudahan Tuhan merahmati kita,
dan menyegerakan jawaban
bagi semua doa kita. 
Janganlah belajar ikhlas menerima kemiskinan, jika sebetulnya Anda bisa menjadi orang kaya yang dermawan. 
Kebahagiaan adalah masalah keputusan. Hari ini aku putuskan untuk berbahagia.
Bukan yang kau pikir bisa kau lakukan – yang penting, tapi yang betul-betul kau lakukan. 
 
Source : http://nolovesca11.blogspot.com/2012/12/kata-bijak-mario-teguh.html