Ada seekor anjing yang terasa bingung saking laparnya, seharian penuh
tidak mendapatkan makanan. Saat senja tiba, akhirnya dengan penuh gairah
ia melihat sepotong daging yang lezat di atas tanah, ia bergegas
menggondol daging itu dan berlari ke tempat tinggalnya. Dalam hati dia
merenung "sungguh beruntung sekali, di luar dugaan bisa mendapatkan
daging besar ini, saya harus menikmati dengan sepuasnya."
Sambil
berjalan ia berpikir, dan tanpa disadari tiba di sebuah sungai, jika
sudah melewati jembatan kecil berarti tempat tinggalnya sudah dekat,
berpikir sampai di situ ia lantas menggigit lebih erat lagi daging itu,
dan berjalan di atas jembatan penyeberangan. Ia berjalan dengan sangat
hati-hati, ketika sampai di tengah jembatan, tanpa sengaja ia memandang
ke sungai, dan begitu melihat ke sungai bukan main kagetnya, ia melihat
ada seekor anjing di sungai itu, menggondol sepotong daging yang besar
dan sedang menatapnya. Dalam hati ia mulai berpikir "wah, daging yang
digondolnya itu tampaknya lebih besar dibanding daging saya ini! Jika
saya sedikit lebih galak terhadapnya, siapa tahu mungkin ia akan
melepaskan daging itu dan lari!"
Makin dipikir ia semakin
gembira, lalu mulai galak terhadap anjing di sungai itu. Namun, anehnya,
anjing itu sepertinya tidak takut sedikit pun terhadapnya. Ia
memelototkan mata, dan anjing itu juga memelototkan matanya; ia
berbalik, anjing itu juga berbalik, ia menghentakkan kaki, anjing itu
juga ikut menghentakkan kakinya. Akhirnya, ia benar-benar marah, dalam
hati berpikir "lebih baik aku menggigitnya, ia pasti akan lari, dengan
begitu aku bisa mendapatkan daging itu," lalu, ia membuka moncongnya dan
menggonggong dengan keras "Auh. auh.auh..."
Begitu ia membuka
moncongnya, daging dalam gigitannya lalu tiba-tiba terjatuh ke sungai,
menghancurkan tubuh anjing yang berada di sungai itu, dan dalam sekejap
tenggelam di dalam air lenyap tak berbekas. Percikan air yang dalam
menghancurkan semua mimpi si anjing yang rakus ini, dan ia baru
menyadari bahwa ternyata anjing itu adalah bayangan dirinya dalam air.
Lalu
dengan sedih ia menangis "kalau tahu begini aku tidak akan
sedemikian rakus, namun kini, saya harus menahan lapar lagi, ke mana aku
harus mencari makan?"
RENUNGAN:
Banyak orang ingin bisa hidup
dengan lebih baik, harus mendapatkan lebih banyak, maka disadari atau
tidak dapat mencelakakan kepentingan orang lain, tidak puas dengan apa
yang sudah diperolehnya. Bahkan ada yang tak segan-segan merampas barang
milik orang lain. Anjing yang rakus ini demi untuk mendapatkan sepotong
daging lebih banyak, malah kehilangan makanan lezatnya, lantas apa yang
hilang pada manusia yang rakus? Persaudaraan, persahabatan, hati nurani
atau ketenangan hati? Ya, ini semua baru merupakan harta benda yang
paling berharga dalam kehidupan! Hargailah semua yang kita miliki, tidak
memaksakan sesuatu yang tidak bisa diperoleh, jangan karena rakus
lantas malah kehilangan sesuatu yang sudah ada. "Kalau memang milik
kita, pasti akan kita miliki, kalau bukan jangan memaksakan kehendak",
orang yang tahu menikmati hidup apa adanya, itulah orang yang
benar-benar kaya.
Source : http://kisahmotivasihidup.blogspot.com/2013/01/kisah-anjing-yang-rakus.html
Cerita motivasi, cerita lucu, puisi, dongeng, perangkat pembelajaran berkarakter, bank soal (Motivational stories, funny stories, poetry, Fairy Tale, learning the character, question bank)
Laman
Senin, 28 Januari 2013
Arti Kebahagiaan
Seorang lelaki berumur 92 tahun yang mempunyai selera tinggi, percaya
diri, dan bangga akan dirinya sendiri, yang selalu berpakaian rapi
setiap hari sejak jam 8 pagi, dengan rambutnya yang teratur rapi
meskipun dia buta, masuk ke panti jompo hari ini. Istrinya yang berumur
70 tahun baru-baru ini meninggal, sehingga dia harus masuk ke panti
jompo. Setelah menunggu dengan sabar selama beberapa jam di lobi, dia
tersenyum manis ketika diberi tahu bahwa kamarnya telah siap.
Ketika dia berjalan mengikuti penunjuk jalan ke elevator, aku menggambarkan keadaan kamarnya yang kecil, termasuk gorden yang ada di jendela kamarnya. Saya menyukainya, katanya dengan antusias seperti seorang anak kecil berumur 8 tahun yang baru saja mendapatkan seekor anjing. Pak, Anda kan belum melihat kamarnya, tahan dulu perkataan tersebut, kataku. Hal itu t idak ada hubungannya, dia menjawab. Kebahagiaan adalah sesuatu yang kamu putuskan di awal. Apakah aku akan menyukai kamarku atau tidak, tidak tergantung dari bagaimana perabotannya diaturtapi bagaimana aku mengatur pikiranku. Aku sudah memutuskan menyukainya.
Itu adalah keputusan yang kubuat setiap pagi ketika aku bangun tidur. Aku punya sebuah pilihan; aku bisa menghabiskan waktu di tempat tidur menceritakan kesulitan-kesulitan yang terjadi padaku karena ada bagian tubuhku yang tidak bisa berfungsi lagi, atau turun dari tempat tid ur dan berterima kasih atas bagian-bagian yang masih berfungsi. Setiap hari adalah hadiah, dan selama mataku terbuka, aku akan memusatkan perhatian pada hari yang baru dan semua kenangan indah dan bahagia yang pernah kualami dan kusimpan.
Hanya untuk kali ini dalam hidupku. Umur yang sudah tua adalah seperti simpanan di bank. Kita akan mengambil dari yang telah kita simpan. Jadi,nasehatku padamu adalah untuk menyimpan sebanyak-banyaknya kebahagiaan di bank kenangan kita. Terima kasih padamu yang telah mengisi bank kenanganku. Aku sedang menyimpannya. Ingat-ingatlah lima aturan sederhana untuk menjadi bahagia:
1. Bebaskan hatimu dari rasa benci.
2. Bebaskan pikiranmu dari segala kekuatiran.
3. Hiduplah dengan sederhana.
4. Lebih mencintai Tuhan, diri sendiri dan sesama.
5. Give more and expect less.
Jangan lupa untuk memberikan pesan ini kepada sahabat-sahabatmu, terutama mereka yang telah mengisi bank kenanganmu.. ..
Source : http://kisahmotivasihidup.blogspot.com/2013/01/kisah-tentang-kebahagiaan.html
Ketika dia berjalan mengikuti penunjuk jalan ke elevator, aku menggambarkan keadaan kamarnya yang kecil, termasuk gorden yang ada di jendela kamarnya. Saya menyukainya, katanya dengan antusias seperti seorang anak kecil berumur 8 tahun yang baru saja mendapatkan seekor anjing. Pak, Anda kan belum melihat kamarnya, tahan dulu perkataan tersebut, kataku. Hal itu t idak ada hubungannya, dia menjawab. Kebahagiaan adalah sesuatu yang kamu putuskan di awal. Apakah aku akan menyukai kamarku atau tidak, tidak tergantung dari bagaimana perabotannya diaturtapi bagaimana aku mengatur pikiranku. Aku sudah memutuskan menyukainya.
Itu adalah keputusan yang kubuat setiap pagi ketika aku bangun tidur. Aku punya sebuah pilihan; aku bisa menghabiskan waktu di tempat tidur menceritakan kesulitan-kesulitan yang terjadi padaku karena ada bagian tubuhku yang tidak bisa berfungsi lagi, atau turun dari tempat tid ur dan berterima kasih atas bagian-bagian yang masih berfungsi. Setiap hari adalah hadiah, dan selama mataku terbuka, aku akan memusatkan perhatian pada hari yang baru dan semua kenangan indah dan bahagia yang pernah kualami dan kusimpan.
Hanya untuk kali ini dalam hidupku. Umur yang sudah tua adalah seperti simpanan di bank. Kita akan mengambil dari yang telah kita simpan. Jadi,nasehatku padamu adalah untuk menyimpan sebanyak-banyaknya kebahagiaan di bank kenangan kita. Terima kasih padamu yang telah mengisi bank kenanganku. Aku sedang menyimpannya. Ingat-ingatlah lima aturan sederhana untuk menjadi bahagia:
1. Bebaskan hatimu dari rasa benci.
2. Bebaskan pikiranmu dari segala kekuatiran.
3. Hiduplah dengan sederhana.
4. Lebih mencintai Tuhan, diri sendiri dan sesama.
5. Give more and expect less.
Jangan lupa untuk memberikan pesan ini kepada sahabat-sahabatmu, terutama mereka yang telah mengisi bank kenanganmu.. ..
Source : http://kisahmotivasihidup.blogspot.com/2013/01/kisah-tentang-kebahagiaan.html
Si Penggosip
Di sebuah desa kecil, tinggallah seorang pria yang tiap harinya gemar
menggosip, dia selalu saja menggosipkan tetangga-tetangganya meskipun
dia tak mengenal siapa mereka. Namun karena ingin berubah, suatu hari
dia mendatangi seorang tua bijak untuk meminta saran. Pria bijak ini
memerintahkannya untuk membeli ayam segar di pasar dan membawakan
untuknya sesegera mungkin. Dan ayam itu harus ia cabuti bulu-bulunya
sementara ia berlari, tak boleh sehelai bulu pun tersisa. Si penggosip
ini menuruti semua, dia mencabuti bulu-bulu ayam sementara ia berlari
kembali ke rumah pria bijak itu. Sesampainya disana ia menyerahkan ayam
tersebut, namun pria bijak lagi-lagi memintanya untuk pergi mengumpulkan
semua helai bulu yang sudah dia cabuti dan membawanya kembali. Si
penggosip ini tentu saja protes, hal itu tidak masuk akal untuk
dilakukan. Angin pasti sudah menerbangkan bulu ayam itu ke segala
penjuru dan dia takkan pernah bisa mengumpulkannya lagi. Pria bijak
kembali berkata, "Hal itu benar. Dan begitu pulalah halnya dengan gosip.
satu gosip dapat terbang ke segala sudut, lalu bagaimana kamu akan
mengembalikannya? Jadi sebaiknya jangan pernah memulainya dari awal."
***
Benar kata dongeng di atas. Sekali saja anda menceritakan sebuah gosip,
maka gosip itu akan dengan cepat menyebar bagaikan debu tertiup
angin. Tapi sebenarnya gosip ini baik atau buruk sih? Jawabannya tentu
saja tergantung pada isi dari gosip dan tujuan dari orang yang
menyampaikan gosip ini. Gosip itu sendiri kan bisa di deskripsikan
sebagai mengobrol atau menceritakan sesuatu kepada orang lainnya.
Jadi kalau yang dicerikan merupakan hal-hal yang baik dengan maksud ingin berbagi, berarti itu bagus kan?
Sisi baik lainnya dari gosip itu, terkadang gosip justru lebih memperat
atau mendekatkan hubungan dengan teman-teman kita. Misalnya sudah lama
kita tidak bertemu atau terputus komunikasi dengan teman kita, namun
ketika ada seseorang yang bercerita tentang dia kita jadi tahu, 'oh
keadaan dia sekarang begini', 'oh dia sekarang berada disini'. Dan
jangan salah, gosip juga bisa memberikan kita pelajaran loh. Coba
bayangkan, misalnya ada seseorang yang menggosip tentang suatu keadaan
atau hal yang terjadi di kantor atau disekitar kita, maka dengan
mendengar dan berbagi cerita itu kita akan belajar tentang norma-norma
sosial tak tertulis yang berlaku di sekitar kita. Kita belajar bagaimana
untuk bertindak, dan bagaimana untuk tidak bertindak dalam suatu
situasi tertentu.
Namun masalahnya gosip terkadang lebih diartikan dengan menyebarkan
rumor, atau hal-hal yang belum tentu benar kebenarannya dan kebanyakan
merupakan cerita berbau negatif. Kalau demikian ini yang terjadi, maka
sebaiknya anda memang menghindarinya. Bukan hanya karena adanya
norma-norma sosial yang menilai bagaimana buruknya bergunjing hal-hal
negatif itu, akan tetapi saya rasa semua ajaran agama pun memang tidak
membenarkan kegiatan bergunjing ini.
Dengan tidak bermaksud menghakimi, tapi sebenarnya apa sih yang membuat
seseorang begitu entengnya menggunjingkan aib orang lain? Demi kepuasan
batin? Karena senang melihat mereka yang digosipkan jadi tercoreng
namanya di mata publik? Atau karena memang ingin agar publik tahu sosok
seperti apa yang tersembunyi dibalik kedok si korban gosip ini?
Terlepas dari apapun alasan orang-orang menyebarkan gosip, sebelum
bergosip itu sendiri kenapa kita tidak coba tengok terlebih dahulu pada
diri kita? Apa kita ini memang sempurna tanpa cela, hingga membicarakan
keburukan orang lain bukanlah sebuah kesalahan? Jangan sampai kita
menjadi seperti kata pepatah bijak 'semut di seberang lautan nampak jelas, namun gajah di pelupuk mata tak nampak'.
Terhadap beredarnya sebuah rumor (gosip), sesungguhnya ada tiga pihak yang terkuak aibnya:
- korban gosip yang aib hidupnya di gosipkan,
- dia yang menyebarkan gosip, dengan maksud menjelekkan,
- mereka yang mendengarkan gosip yang kemudian menanggapinya dengan mengucapkan hal-hal buruk lainnya atau bahkan menyebarkannya lagi ke orang lain.
Tapi paling tidak dalam kasus gosip tersebut, yang digosipkan itu merupakan korban. Berarti si penyebar gosip bisa dibilang sebagai pelakunya dong? Gak asik juga kan di cap penggosip? :)
Source : http://1001motivations.blogspot.com/2010/11/cerita-tentang-si-penggosip.html
Sebatang Bambu
Sebatang bambu yang indah tumbuh di halaman rumah seorang petani. Batang
bambu ini tumbuh tinggi menjulang di antara batang-batang bambu
lainnya. Suatu hari datanglah sang petani yang empunya pohon bambu itu.
Dia berkata kepada batang bambu,” Wahai bambu, maukah engkau kupakai
untuk menjadi pipa saluran air yg sangat berguna untuk mengairi
sawahku?”
Batang bambu menjawabnya, “Oh tentu aku mau bila dapat berguna bagi
engkau,Tuan. Tapi ceritakan apa yang akan kau lakukan untuk membuatku
menjadi pipa saluran air itu.”
Sang petani menjawab, “Pertama, aku akan menebangmu untuk memisahkan
engkau dari rumpunmu yang indah itu. Lalu aku akan membuang
cabang-cabangmu yang dapat melukai orang yang memegangmu. Setelah itu
aku akan membelah-belah engkau sesuai dengan keperluanku. Terakhir aku
akan membuang sekat-sekat yang ada di dalam batangmu, supaya air dapat
mengalir dengan lancar. Apabila aku sudah selesai dengan pekerjaanku,
engkau akan menjadi pipa yang akan mengalirkan air untuk mengairi sawah
sehingga padi yang ditanam dapat tumbuh dengan subur.”
Mendengar hal ini, batang bambu lama terdiam….., kemudian dia berkata
kpd petani, “Tuan, tentu aku akan merasa sangat sakit ketika engkau
menebangku. Juga pasti akan sakit ketika engkau membuang
cabang-cabangku, bahkan lebih sakit lagi ketika engkau membelah-belah
batangku yang indah ini dan pasti tak tertahankan ketika engkau
mengorek-ngorek bagian dalam tubuhku untuk membuang sekat-sekat
penghalang itu. Apakah aku akan kuat melalui semua proses itu, Tuan?”
Petani menjawab, ” Wahai bambu, engkau pasti kuat melalui semua ini
karena aku memilihmu justru karena engkau yang paling kuat dari semua
batang pada rumpun ini. Jadi tenanglah.”
Akhirnya batang bambu itu menyerah, “Baiklah, Tuan. Aku ingin sekali
berguna ketimbang batang bambu yg lain. Inilah aku, tebanglah aku,
perbuatlah sesuai dengan yang kau kehendaki.”
Setelah petani selesai dengan pekerjaannya, batang bambu indah yang dulu
hanya menjadi penghias halaman rumah petani, kini telah berubah menjadi
pipa saluran air yang mengairi sawah sehingga padi dapat tumbuh dengan
subur dan berbuah banyak.
Pernahkah kita berpikir bahwa dengan tanggung jawab dan persoalan yg
sarat, mungkin Tuhan sedang memproses kita untuk menjadi indah di
hadapan-Nya? Sama seperti batang bambu itu, kita sedang ditempa.
Tapi jangan kuatir, kita pasti kuat karena Tuhan tak akan memberikan
beban yang tak mampu kita pikul. Jadi maukah kita berserah pada kehendak
Tuhan, membiarkan Dia bebas berkarya di dalam diri kita untuk
menjadikan kita alat yang berguna bagi-Nya?
Seperti batang bambu itu, mari kita berkata, ” Inilah aku, Tuhan…perbuatlah sesuai dengan yang Kau kehendaki.”
Source : http://1001motivations.blogspot.com/2008/07/sebatang-bambu.html
Emas dan Ular
Dahulu kala ada seorang petani miskin yang mesti berjuang keras untuk
memajukan kehidupannya.Meskipun ia terus bekerja dan berhati-hati
dalam melakukan pengeluaran, tetap saja tak mampu menyisihkan
penghasilannya untuk ditabung, selalu saja pas-pasan.
Suatu malam, dalam tidurnya ia bermimpi ada suara yang berkata: "Jika
ada sesuatu di dunia ini yang begitu sulit untuk kamu dapatkan, maka
suatu waktu hal itu akan muncul begitu saja di hadapanmu." Dan petani
ini pun terbangun dari tidurnya. Dia berharap bahwa ketika ia
bangun di suatu pagi, ia akan menemukan harta yang berlimpah di rumahnya
sendiri. Dengan begini, tidak diragukan lagi bahwa kekayaan itu memang
dimaksudkan untuknya.
Beberapa hari berlalu, ketika ia sedang dalam perjalanan, bajunya
tersangkut pada semak-semak berduri yang tumbuh di sekitar ladang, Tak
ingin kejadian yang sama terulang, dia pun bermaksud membabat habis
semak belukar itu. Namun ketika ia mencabut akar dari semak itu, di
bawahnya ia menemukan sebuah kendi. Dibukanya tutup kendi itu, dan
alangkah kagetnya si petani ketika mengetahui bahwa di dalam berisi
begitu banyak kepingan emas. Pada mulanya hati petani miskin ini
berteriak girang, namun setelah beberapa menit berpikir, ia kemudian
berkata: "Oh aku memang ingin sekali menjadi kaya. Tapi aku telah
meminta agar harta itu muncul di gubuk kecilku, akan tetapi aku justru
menemukannya di ladang ini. Oleh karenanya aku takkan mengambil kendi
ini berisi emas. Kendi ini tidak ditakdirkan untukku."
Lalu petani itu pun meninggalkan kendi di tempat ia menemukannya dan kembali berjalan pulang. Sesampainya di rumah ia pun menceritakan penemuannya kepada istrinya. Istrinya pun marah besar atas kebodohan sang suami meninggalkan harta itu di ladang. Dan ketika si petani tidur, istrinya pun pergi ke rumah tetangga dan mengatakan segalanya. "suami saya yang begitu bodohnya justru meninggalkan harta itu di ladang dan bukan membawanya pulang. Pergi dan ambillah harta itu untukmu dan bagilah denganku."
Tetangga itu pun sangat senang dengan saran ini, dan tak menunggu lama ia pun menuju ke tempat yang dimaksud oleh istri petani. Disibaknya semak-semak belukar, dan ia memang menemukan kendi itu masih berada disana. Diangkatnya dan ditengoknya ke dalam kendi itu. Namun alangkah panik dan marahnya ia ketika melihat bahwa kendi itu ternyata tidak berisikan kepingan emas seperti yang diceritakan oleh istri petani melainkan penuh dengan ular berbisa.
"Perempuan licik. Dia pasti hendak menjebakku. Dia berharap aku memasukkan tanganku ke dalam hingga aku digigit dan mati keracunan oleh bisa ular." pikirnya marah.
Jadi iapun kembali menutup kendi itu dan membawanya pulang. Dan pada saat tengah malam tiba, dengan diam-diam dia mendatangi rumah petani miskin tetangganya. Dia melihat sebuah jendela yang terbuka. Dengan sigap dipanjatinya. Dikeluarkannya ular-ular berbisa itu dari dalam kendi, dan ia pun kembali pulang.
Ketika fajar tiba, petani miskin yang pertama kali menemukan kendi tersebut, bangun untuk memulai hari. Ketika ia berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air, dilihatnya setumpuk koin emas berhamburan di bawah jendela rumahnya. Dalam hati ia mengucap rasa syukur sembari berkata: "Akhirnya aku bisa menerima kekayaan ini, mengetahui bahwa mereka pasti ditujukan untukku, karena mereka muncul di rumahku sendiri, seperti yang aku harapkan!"
***
Pelajaran apa yang dapat kita petik dari cerita dongeng diatas?
Tentu saja bukan tentang mimpi si petani dimana harta itu tiba-tiba akan datang dengan sendirinya.
Tidak bukan itu.
Tapi pelajaran tentang bagaimana kita ini manusia haruslah pandai-pandai dalam melihat dan mencermati sebuah kesempatan yang ada. Namun telaahlah saat kita mengambil kesempatan itu sendiri, jangan sampai apa yang kita ambil itu merupakan hak milik orang lain. Seperti misalnya si petani miskin yang menolak mengambil kendi berisi emas saat ia menemukannya di ladang. Dia dapat melihat itu memang merupakan sebuah kesempatan, tapi dia merasa kesempatan itu memang belum diperuntukkan untuknya. Dia menemukan emas itu di ladangnya, bisa saja emas itu milik orang lain.
Memang ada sebuah pepatah 'siapa cepat dia yang dapat', tapi apakah anda bisa hidup bahagia dengan bersenang-senang di atas derita orang lain?
Namun pada saat kesempatan itu telah datang, dan anda yakin kesempatan itu memang diperuntukkan untuk anda, maka jangan tunggu lagi. Segera raihlah kesempatan itu.
Oleh karenanya, selalu bukalah mata anda. Tengoklah sekeliling anda, kesempatan itu mungkin kini ada di depan anda hanya saja anda kurang melihatnya. :)
Lalu petani itu pun meninggalkan kendi di tempat ia menemukannya dan kembali berjalan pulang. Sesampainya di rumah ia pun menceritakan penemuannya kepada istrinya. Istrinya pun marah besar atas kebodohan sang suami meninggalkan harta itu di ladang. Dan ketika si petani tidur, istrinya pun pergi ke rumah tetangga dan mengatakan segalanya. "suami saya yang begitu bodohnya justru meninggalkan harta itu di ladang dan bukan membawanya pulang. Pergi dan ambillah harta itu untukmu dan bagilah denganku."
Tetangga itu pun sangat senang dengan saran ini, dan tak menunggu lama ia pun menuju ke tempat yang dimaksud oleh istri petani. Disibaknya semak-semak belukar, dan ia memang menemukan kendi itu masih berada disana. Diangkatnya dan ditengoknya ke dalam kendi itu. Namun alangkah panik dan marahnya ia ketika melihat bahwa kendi itu ternyata tidak berisikan kepingan emas seperti yang diceritakan oleh istri petani melainkan penuh dengan ular berbisa.
"Perempuan licik. Dia pasti hendak menjebakku. Dia berharap aku memasukkan tanganku ke dalam hingga aku digigit dan mati keracunan oleh bisa ular." pikirnya marah.
Jadi iapun kembali menutup kendi itu dan membawanya pulang. Dan pada saat tengah malam tiba, dengan diam-diam dia mendatangi rumah petani miskin tetangganya. Dia melihat sebuah jendela yang terbuka. Dengan sigap dipanjatinya. Dikeluarkannya ular-ular berbisa itu dari dalam kendi, dan ia pun kembali pulang.
Ketika fajar tiba, petani miskin yang pertama kali menemukan kendi tersebut, bangun untuk memulai hari. Ketika ia berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air, dilihatnya setumpuk koin emas berhamburan di bawah jendela rumahnya. Dalam hati ia mengucap rasa syukur sembari berkata: "Akhirnya aku bisa menerima kekayaan ini, mengetahui bahwa mereka pasti ditujukan untukku, karena mereka muncul di rumahku sendiri, seperti yang aku harapkan!"
***
Pelajaran apa yang dapat kita petik dari cerita dongeng diatas?
Tentu saja bukan tentang mimpi si petani dimana harta itu tiba-tiba akan datang dengan sendirinya.
Tidak bukan itu.
Tapi pelajaran tentang bagaimana kita ini manusia haruslah pandai-pandai dalam melihat dan mencermati sebuah kesempatan yang ada. Namun telaahlah saat kita mengambil kesempatan itu sendiri, jangan sampai apa yang kita ambil itu merupakan hak milik orang lain. Seperti misalnya si petani miskin yang menolak mengambil kendi berisi emas saat ia menemukannya di ladang. Dia dapat melihat itu memang merupakan sebuah kesempatan, tapi dia merasa kesempatan itu memang belum diperuntukkan untuknya. Dia menemukan emas itu di ladangnya, bisa saja emas itu milik orang lain.
Memang ada sebuah pepatah 'siapa cepat dia yang dapat', tapi apakah anda bisa hidup bahagia dengan bersenang-senang di atas derita orang lain?
Namun pada saat kesempatan itu telah datang, dan anda yakin kesempatan itu memang diperuntukkan untuk anda, maka jangan tunggu lagi. Segera raihlah kesempatan itu.
Oleh karenanya, selalu bukalah mata anda. Tengoklah sekeliling anda, kesempatan itu mungkin kini ada di depan anda hanya saja anda kurang melihatnya. :)
Source : http://1001motivations.blogspot.com/2010/12/dongeng-motivasi-emas-dan-ular.html
Minggu, 20 Januari 2013
Asal Muasal Lafadz Azan
Kalimat demi kalimat dalam azan awalnya berasal dari mimpi seorang sahabat, dan ketika mimpi itu diceritakan kepada Rasulullah SAW, Beliau menyetujuinya.
Sebab-Sebab Dikumadangkannya Azan.
Allah SWT berfirman,
وَإِذَا نَادَيْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ اتَّخَذُوهَا هُزُوًا وَلَعِبًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لا يَعْقِلُونَ ٥٨
Artinya:
"dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal."
(QS. Al Maidah: 58).
Ayat tersebut di atas sekaligus menjadi sebab turunnya azan sebagai pertanda penggilan shalat. Disebutkan pada masa berkembangnya Islam di Madinah, penduduk setempat tersebar di seluruh kota. Kesibukan yang tinggi dikhawatirkan menjadi potensi lupa atau kelalaian untuk melaksanakan shalat pada waktunya.
Kalau initerjadi terus menerus, maka ini menjadi satu persaoalan yang cukup berat yang pertlu segera dicarikan jalan keluarnya.
Lafadz Azan |
Sahabat Bermimpi.
Kondisi ini membuat para sahabat bermusyawarah untuk menentukan cara yang paling baik yang dapat digunakan sebagai pertanda waktu shalat telah datang.
Menurut kisah, pada awalnya Rasulullah SAW menyetujui bunyi lonceng sebagai pertanda shalat, namun pada akhirnya beliau tidak menyukai karena lebih mirip pada orang-orang Nasrani.
Dijelaskan Abdullah bin Zaid, pada suatu malam ketika ia tidur, tiba-tiba bermimpi bertemu dengans eorang laki-laki yang menggunakan pakaian hijau. Laki-laki itu mengelilinginya dengan membawa lonceng di tangannya.
Abdullah bin Zaid lalu menegurnya,
"Hai hamba Allah, apakah lonceng ini akan kamu jual?" tanyanya.
"Akan kamu pergunakan untuk apa lonceng ini," jawab laki-laki itu.
"Akan aku pakai untuk memanggil orang untuk shalat," ujar Abdullah.
Laki-laki itu terdiam sesaat lalu memberikan saran kepada Abdullah.
"Maukah engkau aku tunjukkan cara yang lebih baik dari itu?" tanya laki-laki itu.
"Baiklah, tunjukkan kepadaku," jawab Abdullah.
Laki-laki itu lantas mengucap azan yang diawali dengan Allahu Akbar dan diakhiri dengan Laa Ilaaha Illallah.
Rasulullah SAW Menyetujui Mimpi Sahabat itu
Setelah mengalami mimpi itu, pagi harinya Abdullah menemui Rasulullah SAW dan menyampaikan mimpi tersebut. Kemudian Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya mimpi kamu itu adalah mimpi yang benar, Insya Allah, berdirilah bersama Bilal dan sampaikanlah kepadanya apa yang kamu impikan, karena Bilal itu lebih keras suaranya daripada kamu."
Lalu Abdullah menemui Bilal dan menyampaikan kepadanya apa yang dimimpikan itu. Kemudian Bilal pun melakukan Azan dengan kalimat-kalimat itu. Suara azan Bilal itu terdengar keras ke penjuru kota, lalu tidak alam kemudian Umar bin Khattab yang semula di rumah mendadak ke luar sambil membawa selendangnya.
Mendengar suara azan itu, Umar bin Khattab bersumpah atas nama Allah bahwa kalimat dalam azan itu juga ia mimpikan semalam.
"Demi Allah, yang telah mengutus Muhammad dengan benar. Sungguh akupun telah mimpi, persis seperti yang ia impikan," kata Umar bin Khattab.
Lalu Rasulullah SAW mengucapkan," Alhamdulillah."
(HR. Abu Dawud).
Source :
http://kisahislamiah.blogspot.com/2013/01/asal-muasal-lafadz-azan.html?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+KisahIslamiah+%28Kisah+Islamiah%29
Langganan:
Postingan (Atom)