Laman

Rabu, 27 Februari 2013

Tukang Becak dan Kuntilanak

Malam yang dingin. Seorang tukang becak menyun karena gak dapat penumpang dari sore. Akhirnya si tukang becak memutuskan untuk pulang. Dalam perjalanan pulang, tiba-tiba muncul seorang wanita berambut panjang memanggilnya. “Wah, penumpang nih,” pikir si tukang becak. Akhirnya wanita itu naik.
Tukang becak: “Mau kemana, dik?”
“Jalan aja pak, nanti saya beritau” jawab wanita itu datar.
Ketika sampai di dekat kuburan, Tiba-tiba menyuruh becak berhenti. “Stop, bang…”,katanya.
Pada saat si wanita turun, tukang becak melihat ternyata kaki wanita berambut panjang itu tidak menyentuh tanah. Serta merta si tukang becak berkata sambil mengigil : “Hiiii….Kuntilanakkkkkkkkk……”
Dengan spontan wanita itu melirik sinis ke arah si tukang becak : “Biarin…daripada lu, tukang becak!”

Source : http://bersasi.blogspot.com/2013/02/1001-cerita-lucu-banget-ngakak.html

Lomba Panahan

Pada suatu perlombaan panahan, ada 3 peserta yang mengikutinya.

Peserta I dari Inggris menunjukkan kebolehannya dengan meletakkan semangaka di atas kepala seseorang. Setelah diukur, dikeker, dilepaskanlah anak panahnya ...... plesh....... ternyata semangakanya terbelah dua. Clap, clap, clap ....tepuk tangan para penonton.

Dengan bangganya si Inggris berkata : "I AM ROBIN HOOD !"

Peserta II dari Amerika meletakkan jeruk di atas kepala seseorang. Plesh......., ternyata jeruk itu terbelah dua. Clap, clap, clap.

Penonton bertambah kagum Si Amerika berkata : "I AM SUPERMAN"

Peserta III yang ternyata dari Indonesia membuat penonton menahan napas, karena dia meletakkan sebuah duku di atas kepala seseorang.

Anak panah ditarik ....
penonton terbelalak ........,
plesh.... ternyata anak panah itu mengenai jidat orang itu dan matilah dia.

Lalu si Indonesia berkata: "I AM ........SORRY"

Source : http://bersasi.blogspot.com/2013/02/1001-cerita-lucu-banget-ngakak.html


Rabu, 13 Februari 2013

Derai-Derai Cemara

cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
 
                              (Chairil Anwar)

Senja di Pelabuhan Kecil

buat: Sri Ajati 
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
 
                                                (Chairil Anwar)

Cintaku Jauh di Pulau

Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya.
Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.
 
                                               (Chairil Anwar)

Sajak Putih

 Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah 
 
                                   ( Karya : Chairil Anwar )

Minggu, 10 Februari 2013

Aku Ingin Mencintaimu dengan Sederhana

Aku memandang kalender yang terletak di meja dengan kesal. Sabtu, 30 Maret 2002, hari ulang tahun perkawinan kami yang ketiga. Dan untuk ketiga kalinya pula Aa’ lupa. Ulang tahun pertama, Aa’ lupa karena harus rapat dengan direksi untuk menyelesaikan beberapa masalah keuangan perusahaan. Sebagai Direktur keuangan, Aa’ memang berkewajiban menyelesaikan masalah tersebut. Baiklah, aku maklum. Persoalan saat itu memang lumayan pelik.

Ulang tahun kedua, Aa’ harus keluar kota untuk melakukan presentasi. Kesibukannya membuatnya lupa. Dan setelah minta maaf, waktu aku menyatakan kekesalanku, dengan kalem ia menyahut,” Dik, toh aku sudah membuktikan cintaku sepanjang tahun. Hari itu tidak dirayakan kan tidak apa-apa. Cinta kan tidak butuh upacara…”

Sekarang, pagi-pagi ia sudah pamit ke kantor karena harus menyiapkan beberapa dokumen rapat. Ia pamit saat aku berada di kamar mandi. Aku memang sengaja tidak mengingatkannya tentang ulang tahun perkawinan kami. Aku ingin mengujinya, apakah ia ingat atau tidak kali ini. Nyatanya? Aku menarik napas panjang.

Heran, apa sih susahnya mengingat hari ulang tahun perkawinan sendiri? Aku mendengus kesal. Aa’ memang berbeda dengan aku. Ia kalem dan tidak ekspresif, apalagi romantis. Maka, tidak pernah ada bunga pada momen-momen istimewa atau puisi yang dituliskan di selembar kertas merah muda seperti yang sering kubayangkan saat sebelum aku menikah.

Sedangkan aku, ekspresif dan romantis. Aku selalu memberinya hadiah dengan kata-kata manis setiap hari ulang tahunnya. Aku juga tidak lupa mengucapkan berpuluh kali kata I love you setiap minggu. Mengirim pesan, bahkan puisi lewat sms saat ia keluar kota. Pokoknya, bagiku cinta harus diekspresikan dengan jelas. Karena kejelasan juga bagian dari cinta.

Aku tahu, kalau aku mencintai Aa’, aku harus menerimanya apa adanya. Tetapi, masak sih orang tidak mau berubah dan belajar? Bukankah aku sudah mengajarinya untuk bersikap lebih romantis? Ah, pokoknya aku kesal titik. Dan semua menjadi tidak menyenangkan bagiku. Aku uring-uringan. Aa’ jadi benar-benar menyebalkan di mataku. Aku mulai menghitung-hitung waktu dan perhatian yang diberikannya kepadaku dalam tiga tahun perkawinan kami. Tidak ada akhir minggu yang santai. Jarang sekali kami sempat pergi berdua untuk makan malam di luar. Waktu luang biasanya dihabiskannya untuk tidur sepanjang hari. Jadilah aku manyun sendiri hampir setiap hari minggu dan cuma bisa memandangnya mendengkur dengan manis di tempat tidur.

Rasa kesalku semakin menjadi. Apalagi, hubungan kami seminggu ini memang sedang tidak baik. Kami berdua sama-sama letih. Pekerjaan yang bertumpuk di tempat tugas kami masing-masing membuat kami bertemu di rumah dalam keadaan sama-sama letih dan mudah tersinggung satu sama lain. Jadilah, beberapa kali kami bertengkar minggu ini.

Sebenarnya, hari ini aku sudah mengosongkan semua jadual kegiatanku. Aku ingin berdua saja dengannya hari ini dan melakukan berbagai hal menyenangkan. Mestinya, Sabtu ini ia libur. Tetapi, begitulah Aa’. Sulit sekali baginya meninggalkan pekerjaannya, bahkan pada akhir pekan seperti ini. Mungkin, karena kami belum mempunyai anak. Sehingga ia tidak merasa perlu untuk meluangkan waktu pada akhir pekan seperti ini.

”Hen, kamu yakin mau menerima lamaran A’ Ridwan?” Diah sahabatku menatapku heran. ”Kakakku itu enggak romantis, lho. Tidak seperti suami romantis yang sering kau bayangkan. Dia itu tipe laki-laki serius yang hobinya bekerja keras. Baik sih, soleh, setia… Tapi enggak humoris. Pokoknya, hidup sama dia itu datar. Rutin dan membosankan. Isinya cuma kerja, kerja dan kerja…” Diah menyambung panjang lebar. Aku cuma senyum-senyum saja saat itu. Aa’ memang menanyakan kesediaanku untuk menerima lamaranku lewat Diah.

”Kamu kok gitu, sih? Enggak senang ya kalau aku jadi kakak iparmu?” tanyaku sambil cemberut. Diah tertawa melihatku. ”Yah, yang seperti ini mah tidak akan dilayani. Paling ditinggal pergi sama A’ Ridwan.” Diah tertawa geli. ”Kamu belum tahu kakakku, sih!” Tetapi, apapun kata Diah, aku telah bertekad untuk menerima lamaran Aa’. Aku yakin kami bisa saling menyesuaikan diri. Toh ia laki-laki yang baik. Itu sudah lebih dari cukup buatku.

Minggu-minggu pertama setelah perkawinan kami tidak banyak masalah berarti. Seperti layaknya pengantin baru, Aa’ berusaha romantis. Dan aku senang. Tetapi, semua berakhir saat masa cutinya berakhir. Ia segera berkutat dengan segala kesibukannya, tujuh hari dalam seminggu. Hampir tidak ada waktu yang tersisa untukku. Ceritaku yang antusias sering hanya ditanggapinya dengan ehm, oh, begitu ya… Itupun sambil terkantuk-kantuk memeluk guling. Dan, aku yang telah berjam-jam menunggunya untuk bercerita lantas kehilangan selera untuk melanjutkan cerita.

Begitulah… aku berusaha mengerti dan menerimanya. Tetapi pagi ini, kekesalanku kepadanya benar-benar mencapai puncaknya. Aku izin ke rumah ibu. Kukirim sms singkat kepadanya. Kutunggu. Satu jam kemudian baru kuterima jawabannya. Maaf, aku sedang rapat. Hati-hati. Salam untuk Ibu. Tuh, kan. Lihat. Bahkan ia membutuhkan waktu satu jam untuk membalas smsku. Rapat, presentasi, laporan keuangan, itulah saingan yang merebut perhatian suamiku.

Aku langsung masuk ke bekas kamarku yang sekarang ditempati Riri adikku. Kuhempaskan tubuhku dengan kesal. Aku baru saja akan memejamkan mataku saat samar-samar kudengar Ibu mengetuk pintu. Aku bangkit dengan malas.

”Kenapa Hen? Ada masalah dengan Ridwan?” Ibu membuka percakapan tanpa basa-basi. Aku mengangguk. Ibu memang tidak pernah bisa dibohongi. Ia selalu berhasil menebak dengan jitu.

Walau awalnya tersendat, akhirnya aku bercerita juga kepada Ibu. Mataku berkaca-kaca. Aku menumpahkan kekesalanku kepada Ibu. Ibu tersenyum mendengar ceritaku. Ia mengusap rambutku. ”Hen, mungkin semua ini salah Ibu dan Bapak yang terlalu memanjakan kamu. Sehingga kamu menjadi terganggu dengan sikap suamimu. Cobalah, Hen pikirkan baik-baik. Apa kekurangan Ridwan? Ia suami yang baik. Setia, jujur dan pekerja keras. Ridwan itu tidak pernah kasar sama kamu, rajin ibadah. Ia juga baik dan hormat kepada Ibu dan Bapak. Tidak semua suami seperti dia, Hen. Banyak orang yang dizholimi suaminya. Na’udzubillah!” Kata Ibu.

Aku terdiam. Yah, betul sih apa yang dikatakan Ibu. ”Tapi Bu, dia itu keterlaluan sekali. Masak Ulang tahun perkawinan sendiri tiga kali lupa. Lagi pula, dia itu sama sekali tidak punya waktu buat aku. Aku kan istrinya, bu. Bukan cuma bagian dari perabot rumah tangga yang hanya perlu ditengok sekali-sekali.” Aku masih kesal. Walaupun dalam hati aku membenarkan apa yang diucapkan Ibu.

Ya, selain sifat kurang romantisnya, sebenarnya apa kekurangan Aa’? Hampir tidak ada. Sebenarnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakanku dengan caranya sendiri. Ia selalu mendorongku untuk menambah ilmu dan memperluas wawasanku. Ia juga selalu menyemangatiku untuk lebih rajin beribadah dan selalu berbaik sangka kepada orang lain. Soal kesetiaan? Tidak diragukan. Diah satu kantor dengannya. Dan ia selalu bercerita denganku bagaimana Aa’ bersikap terhadap rekan-rekan wanitanya di kantor. Aa’ tidak pernah meladeni ajakan Anita yang tidak juga bosan menggoda dan mengajaknya kencan. Padahal kalau mau, dengan penampilannya yang selalu rapi dan cool seperti itu, tidak sulit buatnya menarik perhatian lawan jenis.

”Hen, kalau kamu merasa uring-uringan seperti itu, sebenarnya bukan Ridwan yang bermasalah. Persoalannya hanya satu, kamu kehilangan rasa syukur…” Ibu berkata tenang.

Aku memandang Ibu. Perkataan Ibu benar-benar menohokku. Ya, Ibu benar. Aku kehilangan rasa syukur. Bukankah baru dua minggu yang lalu aku membujuk Ranti, salah seorang sahabatku yang stres karena suaminya berselingkuh dengan wanita lain dan sangat kasar kepadanya? Bukankah aku yang mengajaknya ke dokter untuk mengobati memar yang ada di beberapa bagian tubuhnya karena dipukuli suaminya?

Pelan-pelan, rasa bersalah timbul dalam hatiku. Kalau memang aku ingin menghabiskan waktu dengannya hari ini, mengapa aku tidak mengatakannya jauh-jauh hari agar ia dapat mengatur jadualnya? Bukankah aku bisa mengingatkannya dengan manis bahwa aku ingin pergi dengannya berdua saja hari ini. Mengapa aku tidak mencoba mengatakan kepadanya, bahwa aku ingin ia bersikap lebih romantis? Bahwa aku merasa tersisih karena kesibukannya? Bahwa aku sebenarnya takut tidak lagi dicintai?

Aku segera pamit kepada Ibu. Aku bergegas pulang untuk membereskan rumah dan menyiapkan makan malam yang romantis di rumah. Aku tidak memberitahunya. Aku ingin membuat kejutan untuknya.

Makan malam sudah siap. Aku menyiapkan masakan kegemaran Aa’ lengkap dengan rangkaian mawar merah di meja makan. Jam tujuh malam, Aa’ belum pulang. Aku menunggu dengan sabar. Jam sembilan malam, aku hanya menerima smsnya. Maaf aku terlambat pulang. Tugasku belum selesai. Makanan di meja sudah dingin. Mataku sudah berat, tetapi aku tetap menunggunya di ruang tamu.

Aku terbangun dengan kaget. Ya Allah, aku tertidur. Kulirik jam dinding, jam 11 malam. Aku bangkit. Seikat mawar merah tergeletak di meja. Di sebelahnya, tergeletak kartu ucapan dan kotak perhiasan mungil. Aa’ tertidur pulas di karpet. Ia belum membuka dasi dan kaos kakinya.

Kuambil kartu ucapan itu dan kubuka. Sebait puisi membuatku tersenyum.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Lewat kata yang tak sempat disampaikan
Awan kepada air yang menjadikannya tiada
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu. *
For vieny, welcome to your husband’s heart.

*dikutip dari Aku ingin mencintaimu dengan sederhana karya Sapardi Djoko Damono.

Source:
- http://ceritacinta.net/2007/11/01/aku-ingin-mencintaimu-dengan-sederhana

Srigala dan Onta

Ada sebuah desa di dekat sebuah sungai. Di desa ini banyak sekali terdapat ayam. Di hutan yang bersebelahan dengan desa ini terdapat seekor serigala. Serigala ini setiap malam pergi ke desa itu. Ia mencekik dan mencuri ayam-ayam itu lalu memakannya. Ini terus berlangsung lama hingga di desa ini tidak ada satu pun ayam. Seringkali penduduk desa berusaha  membunuh serigala ini atau menangkapnya namun mereka tidak berhasil. Pada saat mereka telah putus asa mengurusi masalah serigala ini, mereka berpikir untuk pergi saja dari tempat itu. Akhirnya penduduk desa pun bersepakat untuk pergi meninggalkan desanya.

Setelah kepergian penduduk desa, serigala pemangsa itu selama beberapa hari kebingungan karena tidak dapat menemukan makanan. Pada saat ia mencari sesuatu yang dapat dimakannya, ia melihat sebuah desa di seberang sungai yang lain. Ia pun mulai berpikir bagaimana caranya untuk bisa sampai ke desa itu sedang dia tidak bisa berenang. Ia terus berpikir sampai akhirnya hatinya mempunyai rencana yang licik.

Di kebun dekat dengan hutan tempat serigala itu tinggal ada seekor onta. Kemudian  sang serigala pergi untuk menemui si onta tersebut. Ia berkata pada si onta itu, ''Hei kawan, kamu adalah kawan dan hewan yang aku cintai. Sekarang kamu kelaparan di tempat ini, sedangkan di seberang sungai sana ada sebuah kebun yang banyak terdapat tumbuh-tumbuhan hijau dan banyak rumputnya. Sebaiknya kamu menyeberangi ke tepi sungai di bagian sana, lalu kamu dapat makan sebanyaknya dan dapat hidup dengan damai. Aku juga akan pergi bersamamu untuk menemanimu kawan kata si serigala.''

Onta itu pun senang mendengar ajakan dari si serigala. Ia setuju untuk pergi bersama serigala itu ke seberang sungai. Serigala itu menumpang  di atas punggung si onta. Onta kemudian berenang dan terus berenang di air hingga keduanya sampai di seberang sungai. Ketika keduanya telah sampai, serigala itu melompat dari punggung si onta dan ia berkata pada si onta itu, ''Kawan, ada kebun disana. Pergilah kamu kesana sampai aku kembali padamu.''

Kemudian serigala pergi ke desa yang ada di tepi sungai itu dan melompat ke kandang ayam lalu memangsanya dan membawa satu ekor ayam dari kandang itu. Setelah ia makan dan kenyang, ia lalu berdiam diri disamping si onta sambil bernyanyi, ''Wou... wou... wou...''      

Penduduk desa mendengar suara serigala itu. Lalu masing-masing penduduk desa itu mengambil tongkatnya. Mereka kemudian keluar untuk mencari serigala itu. Tapi serigala itu licik sekali, pada saat ia tahu sedang diburu oleh para penduduk desa ia lalu berlari dan bersembunyi. Pada saat penduduk desa telah sampai di kebun, mereka hanya menemukan seekor onta. Lalu penduduk desa pun memukuli badan bagian kanan dan kiri serta kepala onta itu. Onta itu pun berlari ke luar kebun hingga hampir saja onta itu mati.

Setelah itu keluarlah si serigala yang licik menemui si onta yang malang itu sambil berkata,  ''Bagaimana keadaanmu kawan?'' Onta lalu menjawab, ''Aku diperlakukan sebagai musuh. Kamu yang melolong dan kamu yang berlari. Jadilah aku yang dipukuli oleh para penduduk desa.'' Serigala kemudian berkata lagi, ''Kawan , sudah menjadi kebiasaanku bernyanyi setiap kali aku selesai makan.''

Serigala merasa takut kalau-kalau penduduk desa keluar lagi dan mereka berhasil menemukannya. Serigala lalu berkata pada si onta, ''Kawan, sebaiknya kita kembali ke rumah kita semula di seberang sungai itu.'' Onta itu pun setuju kemudian berjalanlah ia di atas air. Serigala kemudian naik lagi ke atas punggung si onta. Setelah sampai di tengah sungai, si onta lalu mencondongkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri.

Serigala lalu bertanya, ''Kawan, mengapa kamu melakukan ini sedang kita berada di tengah-tengah sungai?'' Onta itu menjawab, ''Aku hanya ingin sedikit meliuk-liuk.'' Serigala itu lalu berkata, ''Tuhan! Kamu meliuk-liuk di sini, di tengah-tengah sungai?'' (Serigala itu pun melolong dan menjerit-jerit ketakutan). "Tak masuk akal sampai kapan pun kalau kamu meliuk-liuk di atas air, sungguh tak masuk akal!" Teriak si serigala.

Onta itu berkata lagi, ''Aku harus meliuk-liuk.'' Lalu onta itu mencondongkan tubuhnya kembali ke kanan dan ke kiri kemudian mengangkat kedua kakinya dan melemparkan si serigala yang licik itu dari atas punggungnya (sedangkan si serigala tidak dapat berenang).  Onta itu berkata pada si serigala, ''Tidak, saudaraku. Aku selalu meliuk-liuk setelah makan.'' Lalu serigala yang licik itu tenggelam di bagian dalam sungai dan mati. Sedang sang onta selamat.

Source :  http://www.ceritapendek.net/search/label/Cerita%20Dongeng

Jumat, 08 Februari 2013

Pesan Terakhir

Cerpen Mega Silfia

Atap yang begitu putih, membuat ku teringat dengan dia, bagaimana aku bisa bertemu dengan dia yang sudah tiada. Rasanya aku tidak bisa bernafas, setiap ku mengingat kebersamaan dengannya.

“nanda, nanda kamu sudah sadar.” ucap ibu tiri ku dengan wajah panik dan bergegas mencari dokter di rumah sakit nanda di rawat.

“nanda, kalo kamu dengar ucapan saya coba anggukan kepala kamu.” sambil melepaskan alat penafasan.

Akupun menganggukan kepala, melihat kaki yang dibalut oleh perban, tak sengaja aku mencuri pembicaraan antara dokter dan ibu tiriku, yang ku dengar kaki kananku patah akan sembuh total selama enam bulan lagi dan menyuruh ku di bawa ke psikolog.

“nah, nanda kamu jangan banyak bergerak dan tidur saja.”

Tanpa mendengar perintah dokterpun aku akan tidur dan melupakan semuanya, ketika aku dan dia bertemu. Saat itu sore yang sedikit cerah memungkinkan ku untuk kabur dari rumah, dengan menggunakan tas ransel besar dan jaket tebal lalu kupluk untuk menutupi kepaku. Ayah ku menikah lagi dengan wanita yang sama-sama di tinggal oleh pasangannya. Ibuku meninggal saat melahirkanku, melihat sosok ibu aku tidak tau, aku kabur dari rumah karna aku tidak butuh ibu, mungkin aku cemburu. Apalagi wanita itu mempunyai anak laki-laki berumur 7 tahun. Membuat ayahku semakin senang. Sepucuk surat ku letakan di kamar yang berisi “aku pergi dan jangan menghawatirkan ku lagi, semoga kalian bahagia, NANDA.”

Saat itu aku ingin semua itu berhasil dan sesuai rencana ku , mereka akan khawatir dan mencariku, entah mengapa pikiran ku saat itu kekanak-kanakan. Aku hanya ingin mereka melihatku. Semua berubah saat aku berhenti di sebuah rel kereta api. Di situ aku berfikir, aku akan kabur kemana? Dan bila tersesat bagaimana?. Jujur aku tidak mempunyai teman di sekolah, ini karna sifat pendiamku. Aku tidak pintar beriteraksi dengan orang lain. Yang ku bisa saat itu hanya duduk dan duduk di kursi tunggu kereta api. Entah mengapa aku mulai merasa curiga saat ada seorang anak laki-laki duduk di sebelahku dengan memakai topi dan tas ransel dia duduk dan melihati ku. Sedikit melirik, aku melihat dia, anak laki-laki yang ku rasa seumur dengan ku. Ku rasa dia bukan orang jahat, itu terlihat dari style dan jam tangan yang dia kenakan , bermerek mahal. Di kursi itu dia mulai mengeluarkan suaranya.

“kamu kabur dari rumah juga ??” Tanya dia sambil tersenyum

“bukan urusan kamu.” Ku jawab dengan nada datar dan dingin.

“oh !”

Tiba-tiba saja dia berdiri dan menarik tanganku, aku yang saat itu duduk terkejut dan berdiri, wajahnya tepat di depan wajahku. Mata yang coklat, wajah yang putih, bibir yang merah dan dari tubuhnya tercium bau yang hangat. Membuatku tidak dapat bergerak, namun aku mengelak. Dengan ransel yang ku pegang aku pergi meninggalkan dia. Di stasiun dia terus mengikuti ku, walau sudah ku peringatkan di tetap tersenyum dan mengikuti ku , akhirnya aku menyerah dan berhenti.

“kenapa sih kamu ngikutin mulu? mau kamu apa sih?” Tanya ku

“kabur bareng.” jawabnya sambil tersenyum ringan.

Dengan suara kereta yang sangat bising, suaranya sedikit tersamar namun masih terdengar oleh telingaku, aku hanya terdiam dan berfikir, aku dan dia sama-sama kabur, dan apakah aku mempunyai tujuan untuk kabur, mungkin diapun sama, tidak punya tujuan. Aku menyerah dan kita kabur bersama. Dan aku bertanya siapa namanya.

“nama kamu siapa.”

“aku andre.”

“aku nanda.”


***
Selama perjalanan dia tidak berhenti mengoceh, namun tak kudengar, hanya sedikit ku dengar, seperti dia takut dengan monyet, dia mengaku dia pernah di culik oleh monyet karna dia merebut pisang dari monyet tersebut, aku tidak percaya saat itu, karna yang kupikirkan dia pasti inggin melihat ku tertawa, namun aku tidak bisa karna ku tak terbiasa.

“kita bakalan nginep dimana?”

“aku tau tempat bagus untuk nginep.” jawab dia sambil memegang tanganku.

Sempat ku berfikir dia akan membawaku kesebuah tempat penginapan, namun dia membawaku kesebuah taman dan berkata “disana ada kursi kamu tidur di situ aja, aku di atas rumput di selimuti oleh bintang.”

“…….” Aku hanya bisa terdiam, dan mengikuti keinginannya.

Pagi harinya dia bangun dengan bugar. Betapa beratnya bila kita kabur namun tak ada tujuan. Akupun terbangun dari kursi dan tak sengaja menginjak kakinya yang sedang santai sambil menghembuskan nafas.

“aw, kenapa sih?”

“kalo kaburnya kayak gini, mending aku kabur sendiri.”

“15 kilo meter lagi kita sampai di tempat tujuan kok.”

Di perjalanan dia menceritakan tempat tujuannya untuk kabur, yaitu sebuah rumah yang sudah lama tidak di tempati, itu adalah rumahnya namun sudah kosong. Dan akhirnya sampai di tempat tujuan. Rumah yang lumayan besar. Ada sebuah jendela besar di balik rumah tersebut dan kitapun masuk. Entah mengapa saat masuk aku melihat rumah itu seperti bukan rumah yang di tinggalkan oleh penghuninya, sangat bersih. Dia mulai duduk dan melemparkan tasnya lalu membuka topinya. Karna sinar matahari dari kaca, wajahnya terlihat sangat jelas saat itu. Di rumah itu dia melakukan aktifitas sesuai keinginannya, minum, membuat makanan, anehnya dari kulkas ada banyak perlengkapan makanan yang belum basi. Di sebuah meja makan aku bertanya kepadanya.

“rumah ini kaya bukan rumah tanpa penghuni.”

“yah emang, ada penjaga, yaitu setan berambut bule.”

Entah mengapa aku tersenyum saat itu, tapi aku serius ingin tau, akhirnya dia menjawabnya, memang ada penjaga khusus untuk merawat rumah ini, dan dia menyuruh untuk berhenti sementara membersihkan tempat tersebut.

***
Hari-hari ku lewati dengannya, aku lupa bahwa aku punya keluarga dan aku merasa nyaman saat dengannya, sedikit demi sedikit aku bisa terseyum karna banyolannya. Hingga di suatu malam aku memberanikan untuk menanyakan identitasnya. Ternyata dia masih sekolah. Dan satu yang membuatku penasaran. Kenapa dia kabur.

“trus kenapa kamu kabur,kalo aku sih karna ibu tiri ku.” tanyaku sambil melihat bintang.

“karna ingin melihat bintang, matahari, dan semua yang kadang-kadang ku lihat.”

Saat aku mendengarnya entah mengapa dia seperti burung dalam sangkar. Dari matanya aku melihat sebuah penantian.

“jawabanya gak etis.”sambil tersenyum dan menatap wajahnya

“kenapa, apa keluargamu kacau, apa kau tak suka dengan ibu tirimu, apa karma kamu di perlakukan kaya upik abu?”

“gak , hanya aku merasa tak bisa dekat dengan orang yang baru ku kenal.”

“lalu, kenapa dengan ku kamu langsung dekat, cobalah tersenyum untuk seseorang yang sebenarnya kamu saying.”

Dan malam itu mulai membuatku ingin menutupkan mata namun saat mulai sedikit menutupkan mata dia mengucapkan sesuatu

“aku akan pergi jauh.”

Namun aku sudah tertidur dan tidak ku hiraukan. Hingga suatu hari saat itu hujan sangat deras, ku melihat dia memandangi jendela, sambil meminum secangkir teh hangat dengan sweeter yang tebal tercium bau yang hangat di campur bau hujan. Dia pun melihatku yang turun dari tangga dan memberikan sebuah senyuman kepadaku dan aku bisa membalas senyumannya. Namun saat langkahku hampir berada dekat dengannya tiba-tiba saja dia memegang dadanya, dan menjatuhkan cangkir teh, aku pikir dia melakukan sebuah lelucon lagi, namun tidak. Dia mengeluarkan mata dan mengaung kesakitan. Aku yang panik tidak tau harus berbuat apa, saat itu aku mencari telepon genggamnya dan di daftar telepon tertulis jelas HOME. Akupun mulai menelepon dan di angkat oleh ibunya. Suaranya semakin keras, dia mengeluh kesakitan. Karna panik aku menelepon ayahku. Saat itu aku sangat ketakutan, ambulan mulai datang dan membawa andre ke rumah sakit, di dalam ambulan aku melihat ibunya menangis sambil memegang tanganya. Ayahnya terus menerus menenangkan sang ibu, telepon dari ayah berdering, dan aku mengirimkan sebuah pesan singkat bahwa aku akan pergi kerumah sakit. Aku hanya bisa melihatnya dan tidak ingin menangis seolah-olah dia akan pergi selamanya. Sesampainya di rumah sakit, dokter dan suster mulai sibuk membawa andre ke ruang UGD, dengan jaket tipis dan basah aku hanya diam di luar rumah sakit hingga dari kejauhan aku melihat ibu tiriku mengahampiri dan memelukku. Dengan badan yang lemas aku berfikir kenapa bukan ayah yang datang.

***
Perasaan takut kehilangan dirinya mulai datang dalam hati ku, ketika aku datang untuk menjengungnya dan aku mulai memberanikan diri untuk bertanya kepada ibunya , ada apa sebenarnya dengan andre. Dia pergi dari rumah dan meminta izin untuk mengahabiskan waktunya, beda dari perkataanya, dia bilang dia juga kabur dari rumah. Dan hal yang sangat membuatku syok, dia sakit parah yaitu kanker hati dan hidupnya memang tidak lama lagi. Itu bohongkan. Aku tidak menginginkan kenyataan ini, namun itu memang nyata. Dan dia dalam keadaan koma saat ini. Sehabis pulang sekolah aku berniat untuk kembali melihat kondisinya, di lorong rumah sakit, dari kejauhan terlihat ibu andre menangis keras sekali. Ayahnya hanya memeluk dan menahan tangisannya si balik kaca matanya. Dan mereka masuk ke tempat andre di rawat. Perasaanku tidak enak, aku berlari menuju mereka, dan menerima kenyataan. Andre sudah tiada. Apa artinya ini. Kenapa saatku merasakan kehadiran seorang yang berarti dia pergi dengan cepat. Pikiranku melayang. Yang ku pikirkan, bagamana cara ku menemuinya lagi. Dan aku melangkah sedikit demi sedikit sampai terhenti di depan tangga menuju atap rumah sakit. Langkah ku menuju tangga tak terhenti hingga sampai menuju atap. Langit saat itu cerah. Angin yang kencan mengibaskan pipiku. Seolah-olah mengusap air mataku.

“dimana andre, apa andre ada di langit, di surga, aku ingin menemuinya.”ucapku saat pikiranku melayang.

Aku pun berdiri di ujung atap. Betapa tingginya keberadaanku sekarang. Rasanya aku ingin loncat dan berada di tempat yang lebih tinggi. Tempat andre berada. Dan akupun lompat. Saat tersadar aku merasa mati rasa. Kaki dan tanganku di perban.

***
Pagi itu ayah dan ibu tiriku terus saja mengatakan bahwa aku akan sembuh. Lalu meminta maaf. Aku hanya bisa diam. Karna sebenarnya aku pun merasa bersalah. Aku merasa sudah melukai perasaan mereka. Pikiranku berkata maaf. Namun mulutku sulit mengucapkannya. Sedikit keberanian dan suara yang belum ku keluarkan. Aku berkata “maaf” dan respon mereka sangat luar biasa. Hari-hari ku sudah mulai membaik. Aku mencoba tersenyum untuk mengobati perasaan kehilangan ku. Pintu terbuka dan ada seorang wanita masuk dari balik pintu itu, dia ibu andre. Langkahnya mulai menghampiriku yang terbaring lemah. Dia menannyakan keadaanku. Dan bagaimana pertemuanku dengan andre, anaknya? Semua ku jawab. Dan dia menceritakan semua tentang andre. Andre yang tegar. Andre yang kuat. Dan andre yang sangat menyayangi keluarganya. Andre adalah kebalikan denganku. Dan ibu andre memberikan ku sebuah surat. Surat dari andre sebelum dia pergi untuk selamanya. Ibu andre pergi saat menyerahkan surat ini.

“dear nanda, mungkin bila kamu membaca surat ini aku sudah tiada. Tuhan sudah memberikan ku banyak kebahagiaan dan kebahagiaan trakhir untuk hidupku adalah bertemu dengan mu, ini adalah salam trakhirku. Jadilah nanda yang tegar, nanda yang selalu tersenyum kepada semua orang. Karma nanda lebih cantik tersenyum dari pada menangis. Saat kau membaca surat ini pasti kau menangis. Maaf sudah membuatmu menangis. Tapi berjanjilah, ini adalah tangisan trakhir nanda. Pesan terakhir andre prawijaya muftian.”

Aku menangis saat membaca surat itu. Aku akan menjadi nanda yang tegar. Nanda yang selalu tersenyum. Dan nanda yang tak akan mengangis lagi saat membaca surat ini. Ini janjiku.


THE END
Source : http://cerpen.gen22.net/2012/06/cerpen-pesan-terakhir.html

Penyesalan

Angin malam berhembus kencang menerjang lapisan kulit setiap insan yang merasakan meski  rembulan tampil dengan bulat sempurna meski bintang-bintang terang benderang menghiasi malam, namun  pemandangan tersebut tak turut menghibur hati Jono yang sedang padam bagai tersiram air yang deras.
Jono adalah seorang pria yang sedang berkepala lima akan tetapi satu persatu anaknya pergi meninggalkan Jono dan istrinya, mereka tidak tahan dengan kondisi ekonomi keluarganya.
               
Jono termenung tak berdaya, pandangannya kosong yang di pikirnya hanya satu bagaimana ia mendapatkan uang dan tidur pulas di rumah bersama Tini istrinya dan Riko anaknya yang masih tersisa, ia tak berani pulang ke rumah dengan tangan hampa sebab jika pulang ia hanya mendapatkan cacian dari sang istri bahkan ia di suruh tidur di luar rumah, sebenarnya Jono tak tahan lagi atas perlakuan Tini, namun apa daya nasi telah menjadi bubur padahal sejak masih menjadi kekasihnya ,Ibu Jono melarang Jono berhubungan dengan Tini,Ibu Jono tidak suka dengan sikap Tini yang sombong dan tak sopan itu akan tetapi Jono memperdulikannya, ia hanya ingin menikah dan membangun keluarga baru bersama istrinya yang cantik yaitu Tini dan kini hanya ada penyesalan yang mendalam yang di rasakan seorang pria yang selalu memakai kaca mata minues, selain hidupnya sengsara,ia pun sudah di coret dalam buku harta warisan orang tuanya,bahkan ia menikah tanpa restu dan kehadiran sang Ibu yang dulu di sayangnya.
               
Dua jam berlalu, Jono masih dalam posisinya, duduk dan memandangi bintang di langit berharap bintang itu jatuh kemudian ia dapat berdoa agar seseorang dapat membantu kesusahannya.Dua jam yang tak sia-sia tiba-tiba benda asing jatuh dari langit,melihat peristiwa tersebut sontak membuat Jono terkejut, ia beranggapan bahwa benda asing itu adalah sebuah bintang yang jatuh dari angkasa,tanpa pikir panjang Jono segera memanjatkan doanya.
                “wahai bintang yang jatuh bantu lah aku dari kesusahan ini, berilah jalan keluar untuk ku”,harapannya yang keluar dari mulut manisnya, meski ia masih percaya dengan Tuhan.
Selang beberapa menit, suara handphone yang di ikat kuat menggunakan gelang karet di permukaannya berbunyi dengan nada yang beraturan, senyum lebar terpasang di bibirnya namun memori otaknya masih mengingat istri dan anaknya.
                “semoga saja ini berita baik untuk ku”,ucapnya dalam hati.
Tangan kanannya yang semula memegang permukaan kursi kini beranjak naik merangkul benda kotak kecil itu di saku bajunya, sebuah pesan singkat dari seseorang yang tak asing dipikirannya.
                JONO TOLONG PULANG KE RUMAH, IBU MU SAKIT PARAH
Melihat pesan tersebut ekpresi wajahnya mendadak berubah,aliran darahnhya seakan-akan tak mau mengalir,jantung terasa teriris belati tajam,tak terasa butir-butir air mata menetes,menetes,dan terus menetes hingga kini ia di banjiri tangisan,doanya yang sudah ia ucapkan berbalik menjadi bumerang untuk hidupnya.
                “wahai bintang !,mengapa kau kabulkan doa yang bukan aku harapkan,mengapa kau tega kepada ku?,menambah beban di hidup ku”,protesnya seraya membentangkan kedua tangannya,wajahnya menatap ke atas langit memberi ekpresi kesal, seolah tak terima dengan berita buruk yang telah ia dapatkan.
               
Derai air mata yang pada saat itu terus mengalir membasahi pipinya,mengingatkannya saat ia membuat segores luka di hati ibu nya, mendorong sang ibu hingga terjatuh dan akhirnya Ayah mengusirnya bersama istrinya,mungkinkah ini balasan untuk ku ?, ataukah buah dari perbuatan ku selama ini kepada Ibu,pikirnya dalam hati.
Akhirnya ia bergegas menuju rumah orang tuanya yang sangat membutuhkan kehadirannya,ia tak peduli nanti jika ibu nya tak menerima kedatangannya,asalkan ia bisa bertemu dengan ibu,dan ibu nya lah saja.
               
Sepeda besi berkarat yang setia menemani kemana Jono pergi itu di kayuhnya,berkilo-kilo meter jarak yang ia tempuh,keringat terus mengguyur seluruh tubuhnya,lelah pun di rasakan oleh seorang anak yang merindukan sosok ibu, namun semua itu terbayar ketika ban kendaraan tak bermesin itu berhenti tepat di sebuah rumah yang sangat megah, rumah itu milik keluarga besar KURNIAWAN, rumah yang menemaninya hampir dua puluh tahun,pintu gerbang yang biasa ia lewati menuju rumah, ayunan yang sejak kecil ia pakai untuk bermain, kursi bercat putih yang tidak berubah tampilannya yang dulu ia pakai untuk sekedar duduk-duduk saja, kini membawanya ke dunia masa lalu, masa lalu yang indah dimana ia selalu di peluk oleh ibu,dimana ibu dan ayahnya selalu memberi senyuman indah untuknya.Dari balik pintu terlihat sosok manusia yang berbadan gemuk,berkaca mata,dan berambut pelontos melemparkan satu senyuman manis tepat mengenai Jono.
                “Ono kesini lah nak, ayah dan ibu merindukanmu”,rayu sang ayah seraya membentangkan tangannya berharap sang anak memeluk dirinya.
                “ayah,maafkan jono, jono menyesal telah berbuat seperti ini”,balasnya  dengan nada yang tak jelas akibat isak tangis yang memburu kemudian memeluk tubuh ayahnya.
                “sudahlah jono jangan kau sesalkan perbuatan mu dulu karena itu sudah ayah lupakan,ayah dan ibu sudah memaafkan mu, ayah dan ibu juga meminta maaf karena sudah mengusir mu”,jawab ayah seraya mengelus punggungnya.
Perbincangan ayah dan anak tersebut terdengar oleh seorang wanita tua yang tertutupi oleh uban di rambutnya.
                “ayah di luar ada siapa ?”,tanya ibu dengan suara serak sesekali ia batuk.
Pandangan Jono tertuju ke arah Ayah, setelah pandangannya dan pendengarannya mengarah ke pintu rumah.
                “itu ibu nak,ayo lah masuk ke dalam, bertemu lah dengan ibu mu, ibu sangat merindukan mu”,ajak sang ayah kepadanya
                “nanti saja yah, Jono belum siap untuk bertemu ibu, mungkin besok Jono datang bersama keluarga”,ujar Jono seraya memegang tangan ayah.
                “baiklah,ayah mengerti ya sudah pulanglah nak,istri dan anak-anak mu mungkin mengkhawatirkan mu”,ucap ayah memberi satu lagi senyuman manis.
               
Akhirnya Jono pulang dan kembali ke rumahnya dengan rasa senang,tenang dan nyaman meski Jono masih belum bertemu dengan ibunya setidaknya ayah masih menyambutnya dengan ramah. Ditengah perjalanan ia dikejutkan dengan temuan benda asing, benda asing yang berbentuk botol itu memaksa ban sepeda jono berhenti untuk kedua kalinya, rasa ingin tau nya muncul dipegangnya botol itu oleh jono kemudian penutup botol itu terbuka ketika jono memaksakan tangannya untuk membuka, tiba-tiba dari botol itu keluar asap tebal yang menutupi seluruh pandangannya, namun ketika asap itu sedikit demi sedikit menghilang pandangan jono tertuju pada sosok orang yang berpostur tinggi jenggotnya dipenuhi uban penampilannya pun sangat membingungkan jono.           
                “siapa kau!.”ujar jono mengangkat telunjuknya kearah  orang asing itu.
                “hahaha...,aku adalah jin dari timur tengah, karena tuan telah menyelamatkan hamba, hamba beri satu permintaan, apa saja yang tuan minta hamba akan kabulkan, hahaha... .”jawab jin itu puas.
Mendengar penjelasan jin, jono seolah tak percaya namun apa salahnya jika mencoba, pikirnya.
                “baiklah jika kau bisa kabulkan permintaan ku aku akan percaya padamu jika tidak kau berarti hanya seorang pembual.”
                “memang apa permintaan mu wahai tuan ku?.”
                “aku ingin kembali ke dua puluh tahun lalu itu saja permintaan ku wahai mahluk halus.”
                “Wahai tuan ku !, maaf kan aku jika aku lancang, aku hanya ingin tahu dibalik permintaan mu itu, sungguh aku tak mengetahui maksud permintaan mu.”
                “wahai jin !,jika kau kabulkan permintaan ku nanti, di masa lalu itu aku ingin berubah dan lebih menghargai kedua orang tua ku termasuk ibuku.”
Mendengar jawaban jono, jin itu menangis dan akhirnya permintaan jono itu dikabulkan olehnya dengan memberi satu pesan kepada jono.
              
             SESUNGGUHNYA PENYESALAN ITU AKAN DATANG SETELAH KITA BERBUAT SATU KESALAHAN, MAKA JANGAN LAH MELAKUKAN KEMBALI KESALAHAN ITU KARENA JIKA MELAKUKAN KEMBALI BERSIAPLAH UNTUK MENGHADAPI PENYESALAN. 

Hasil Ulangan Bahasa Indonesia

Sehabis ulangan Bahasa Indonesia seorang anak SD kelas 4 pulang ke rumah dan bertanya ke ibunya:Anak : "Bu, tadi kayanya aku ulangan Bahasa Indonesia betul semua deh, tapi ada yg meragukan sih jawabnya, Bu..."Ibu : "Apa tuh sayang?"
Anak : "Kalau seorang laki-laki memiliki istri lebih dari 1 apa namanya bu!?"
Ibu : "Poligami, Nak..."
Anak : "Asyiiik betul!! Kalau perempuan yang punya suami lebih dari 1?"
Ibu : "Itu Poliandri Nak".
Anak : "Horeee betul lagi!! Iya nih kayanya betul semua... Eh terus kalo laki-laki cuma punya 1 istri apa namanya?"
Ibu : "Monogami dong sayang!"
Anak : "Ya sallaahh deh!! Kata Ayah jawabannya MONOTON..."
Ibu : "Mana bapakmu...!!??"

Source : http://enetter.blogspot.com/2012/11/new-kumpulan-humor-cerita-lucu.html#_

Tono dan Ibu Muda

Dalam sebuah angkot, ada seorang Ibu muda sedang menyusui anaknya, disampingnya duduk seorang anak muda sebut saja namanya Tono. Melihat si bayi tidak mau menyusui, Si Ibu berkata:
"Jika kamu gak mau, nanti saya kasih sama Om sebelah lho"
Mendengar itu, Tono hanya senyum senyum. Beberapa saat kemudian Si bayi melepas lagi "susunya". melihat itu, Si Ibu kembali berkata:
"ihhh kamu nakal ya, sekali lagi kamu melepasnya, aku benar kasihhhh sama Om sebelah" dengan nada serius.
Mendengar itu, Tono melotot dan menelan ludah. hal itu terus berulang beberapa kali. Melihat itu si Tono gak sabaran dan berkata:
"Mbak, kapan nih ngasihnya sama saya, kayaknya dari tadi saya sudah nunggu tapi kok gak dikasihhh, rumah saya sudah jauh kelewatannn nihhh, kasih kepastian donkkk".
Ibu Muda: ^*~!~@@(+)+*&*(&&^&^?%%@&*~..

Source : http://enetter.blogspot.com/2012/11/new-kumpulan-humor-cerita-lucu.html#_

Ulang Tahun

Hari ini adalah hari yang (harusnya) spesial bagi Bambang, namun dia merasa tidak demikian di hari ulang tahunnya ini ketika dia baru membuka mata dia bukannya dapat ucapan "selamat" dia malah disambut oleh caci maki sang istri, kedua anaknya bertengkar hebat, dalam perjalanan ke kantor pagi tadi dia tejebak macet, belum lagi ban nya bocor, terus sesampainya di kantor pun rupanya tak ada yang menyadari hari ulang tahunnya pikirnya.

Untunglah ada Rika, sekertarisnya yang baik serta pengertian (plus cantik) yang mau menghiburnya.
"Bapak kelihatan murung, ada apa pak.?"
"Nggak, nggak ada apa-apa." Hufft rupanya Rika juga gak tau hari ulang tahunku.
"Emmm, bapak ntar habis pulang mau temenin rika makan nggak.? rika tau restoran enak yang kemarin baru dibuka." sambil mengedipkan mata.
"OK, baiklah".

Direstoran mereka berdua makan. Selesai makan mereka ke tempat karaoke. Kemudian malamnya Pak Bambang mengantar Rika ke apartemennya.
"Bapak mau mampir dulu.?, sebentar aja Pak..."
"OK lah, sebentar aja ya.." dari pada di rumah kena marah lagi pikirnya.

"Wah Rika gak nyangka ya kamu juga suka film gituan." Pak Bambang tak sengaja melihat beberapa film bokep diantara beberapa koleksi DVD Rika di ruang tamu.
"Ah anu pak, cuma penasaran aja, hehe."
"Penasaran kok ada beberapa keping gitu...". Pak Bambang tersenyum.
Kemudian lama-lama pembicaraan menjerus ke hal-hal yang berbau porno.
"Emmm, pak Bambang saya permisi sebentar mau ke belakang ada sesuatu yang mau dibenerin. Bapak tunggu di kamar saya aja yahhh..." Rika mengedipkan matanya sambil tersenym manis.
Pak Bambang yang mengerti "KODE" itu pun beranjak ke kamar Rika sambil bersiul-siul.
"Heheheh.., Gak nyangka bisa "ginian" semudah ini sama Rika..." katanya dalam hati.

Tak lama Rika pun menyusul masuk. Dan Pak Bambang yang berbaring di atas ranjang dan sudah tak mengenakan sehelai benang pun hanya bisa TERPAKU melihat Rika membawa kue ultah bersama anak istri dan rekan-rekan kerja Pak Bambang.


Source : http://famiblasting.blogspot.com/2013/01/cerita-lucu.html

Nenek Sayang Cucu

Tini baru berumur dua setengah tahun, tapi cerewetnya bukan main. Dan namanya saja anak kecil jadi kalau bicara juga ceplas ceplos (Maklum, Ibunya dulu ngidam beo panggang ).Kadang-kadang ucapannya membuat malu ibunya seperti kalau sedang ada tamu Tini dengan santai bilang pada ibunya "Bu, Tini mau kencing" atau "Bu, Tini mau beAb .
Oleh sebab itu lah ibunya membuat istilah khusus untuk itu, yaitu kalau buang air kecil harus bilang "Bu, Tini mau siul" dan kalau buang air besar, bilang "Bu, Tini mau nyanyi."Hal tersebut sangat diingat oleh Tini sehingga dia sendiri lupa apa kata asli dari dua hal itu.
Hal ini sudah berlanjut sampai lebih dari 2 bulan dan tidak pernah sekalipun Tini salah ucap. Dan si Ibu tidak pernah lagi dipermalukan oleh Tini di depan tamunya. Pada suatu waktu datanglah Nenek Tini dan berniat untuk menginap di rumah Tini dengan membawa oleh-oleh buah pepaya dari kampung. Namanya juga anak kecil yang sudah lama tidak ketemu sang nenek, maka Tini minta ijin pada ibunya untuk tidur bersama neneknya. Si ibu memperbolehkan sambil menasehati agar Tini tidak boleh ngompol, dan kalau sudah kepingin buang air harus bilang sama nenek supaya diantar ke kamar mandi.
Dengan gembira Tini langsung meng-iya-kan dan tidurlah si nenek dan cucunya. Mungkin karena terlalu banyak makan papaya pemberian si nenek, tengah malam Tini mulai merasakan perutnya mules. Karena ingat pesan ibu, maka Tini membangunkan neneknya yang sedang lelap tidur sambil berkata :
"Nek, nek. Tini mau nyanyi".
Dengan sabar si nenek menjawab :"Cu, ini sudah malam. Jangan nyanyi sekarang nanti tetangga pada bangun. Besok saja yaa..".
Tapi si Tini yang sudah mules berat memaksa neneknya untuk 'nyanyi' sekarang juga. Karena saking sayangnya pada si cucu, akhirnya si nenek setuju dan katanya "Boleh nyanyi sekarang, tapi pelan-pelan aja nyanyi dikuping nenek."
wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk

Source : http://famiblasting.blogspot.com/2013/01/cerita-lucu.html

Toko Obat

Alkisah di suatu pasar di bilangan Jakarta ada 2 toko obat. Toko obat pertama milik wan Abud keturunan Arab, dan toko yang kedua milik koh Ahing orang keturunan tionghoa. Toko mereka bersebelahan, tapi toko koh Ahing lebih laris dibanding toko milik wan abud. Semakin hari semakin banyak saja pelanggan koh Ahing. Bahkan langganan wan abud juga ikut pindah ke toko sebelah milik koh ahing lantaran koh Ahing bikin promo "TIDAK SEMBUH UANG KEMBALI 3X LIPAT". Wan abud semakin geram saja...Suatu ketika wan Abud berniat jahat kepada koh Ahing dengan maksud merebut pelanggan koh Ahing dengan strategi nya..
Wan Abud: "sialan si ncek, toko ane jadi ga laku.. Biarin Ntar ane kerjain tuh orang. Ane pura2 sakit trus bilang ke orang2 kLo ane ga sembuh minum obatnya si Ahing".
Wan Abud: "permisi Koh Ahing.."
Koh Ahing: "Eh..wan Abud, tumben..ada apa? Toko nya juga kok blm buka, knp wan Abud?
Wan Abud: "Iya nih koh, ane lagi sakit. Mau beli obat sama ente. Kan obat ente terkenal manjur..sampe2 bikin iklan TIDAK SEMBUH UANG KEMBALI 3X LIPAT segala".
Koh Ahing: "Marah banget roman nya . Ente sakit apa wan Abud??"
Wan Abud: "Ane sakit mati rasa nih koh Ahing"
Koh Ahing: "oohh..mati rasa, saya ada obatnya yg mujarab". "Ling-ling..tolong ambil obat di kotak nomor 8 buat wan Abut" (teriak koh ahing kepada ling2 anak nya)
Tak lama berselang, ling-ling datang membawa obat yang diambil nya dari kotak nomor 8
Koh Ahing: "ini wan abud obat mati rasa nya. Langsung di minum aja wan Abud
Wan Abud: "Ane minum ni yee...
Saat obat baru sampai di lidah wan abud, ia merasakan hal yg aneh..lalu ia berkata
Wan Abud: ": Sialan luh koh, ini mah TAI KAMBING"
Koh Ahing: " ente bilang mati rasa wan abud, itu bisa ngerasain TAI KAMBING? "
Niat jahat wan Abut untuk merebut pelanggan koh Ahing pun gagal lantaran kecerdikan koh Ahing yg sudah membaca niat jahat wan Abud. Dengan perasaan kesal ia pun beranjak pulang ke rumah.
Di rumah ia menyusun rencana lain untuk menjatuhkan koh Ahing. kali ini ia tidak sendiri, tapi dibantu asisten nya yang bernama Udin
Wan Abud : " Udin lu besok ikut gw ke toko si Ahing, gw mo ngerjain dia. Ntar gw pura2 hilang ingatan trus lu minta obat hilang ingatan buat gw sama si Ahing". Trus gw pura2 ga sembuh, nnti lu triak ke orang2 kLo obat dia ga manjur trus lu minta uang ganti rugi 3x lipat
Udin : "Siap juragan. Keesokan hari nya Udin dan wan Abud pergi ke toko koh Ahing
Koh Ahing: "eh udin..kenapa itu bos lu kya orang linglung??
Udin: "ini koh, bos saya sakit hilang ingatan, saya minta obat buat nyembuhin bos saya dari sakit hilang ingatan".
Koh Ahing: "Ada kok din, tenang aja." "Ling-ling, tolong ambil obat di kotak nomor 8" (koh Ahing meminta anaknya untuk mngambil obat di kotak nomor 8 yang awal nya berlagak seperti orang hilang ingatan, sembari meninggalkan toko koh Ahing wan Abud berkata.
Wan Abud: "Dasar Ncek giLa...gw mau di kasih TAI KAMBING lagi, sialan lu"
Koh Ahing: "kata nya hilang ingatan, itu masih inget sama TAI KAMBING.

Source : http://famiblasting.blogspot.com/2013/01/cerita-lucu.html

Rabu, 06 Februari 2013

Mencapai Potensi Hidup yang Maksimal

Setiap orang mendambakan masa depan yang lebih baik ; kesuksesan dalam karir, rumah tangga dan hubungan sosial, namun seringkali kita terbentur oleh berbagai kendala. Dan kendala terbesar justru ada pada diri kita sendiri. Melalui karyanya, Joel Osteen menantang kita untuk keluar dari pola pikir yang sempit dan mulai berpikir dengan paradigma yang baru.
Ada 7 langkah agar kita mencapai potensi hidup yang maksimal :
* Langkah pertama adalah perluas wawasan. Anda harus memandang kehidupan ini dengan mata iman, pandanglah dirimu sedang melesat ke level yang lebih tinggi. Anda harus memiliki gambaran mental yang jelas tentang apa yang akan Anda raih. Gambaran ini harus menjadi bagian dari dirimu, didalam benakmu, dalam percakapanmu, meresap ke pikiran alam bawah sadarmu, dalam perbuatanmu dan dalam setiap aspek kehidupanmu.
* Langkah ke dua adalah mengembangkan gambar diri yang sehat. Itu artinya Anda harus melandasi gambar dirimu diatas apa yang Tuhan katakan tentang Anda. Keberhasilanmu meraih tujuan sangat tergantung pada bagaimana Anda memandang dirimu sendiri dan apa yang Anda rasakan tentang dirimu. Sebab hal itu akan menentukan tingkat kepercayaan diri Anda dalam bertindak. Fakta menyatakan bahwa Anda tidak akan pernah melesat lebih tinggi dari apa yang Anda bayangkan mengenai dirimu sendiri
* Langkah ke tiga adalah temukan kekuatan dibalik pikiran dan perkataanmu. Target utama serangan musuh adalah pikiranmu. Ia tahu sekiranya ia berhasil mengendalikan dan memanipulasi apa yang Anda pikirkan, maka ia akan berhasil mengendalikan dan memanipulasi seluruh kehidupanmu. Pikiran menentukan prilaku, sikap dan gambar diri. Pikiran menentukan tujuan. Alkitab memperingatkan kita untuk senantiasa menjaga pikiran.
* Langkah ke empat adalah lepaskan masa lalu, biarkanlah ia pergi… Anda mungkin saja telah kehilangan segala yang tidak seorangpun patut mengalaminya dalam hidup ini. Jika Anda ingin hidup berkemenangan , Anda tidak boleh memakai trauma masa lalu sebagai dalih untuk membuat pilihan-pilihan yang buruk saat ini. Anda harus berani tidak menjadikan masa lalu sebagai alasan atas sikap burukmu selama ini, atau membenarkan tindakanmu untuk tidak mengampuni seseorang.
* Langkah ke lima adalah temukan kekuatan di dalam keadaan yang paling buruk sekalipun Kita harus bersikap :” Saya boleh saja terjatuh beberapa kali dalam hidup ini, tetapi tetapi saya tidak akan terus tinggal dibawah sana.” Kita semua menghadapi tantangan dalam hidup ini . KIta semua pasti mengalami hal-hal yang datang menyerang kita. Kita boleh saja dijatuhkan dari luar, tetapi kunci untuk hidup berkemenangan adalah belajar bagaimana untuk bangkit lagi dari dalam.
* Langkah ke enam adalah memberi dengan sukacita. Salah satu tantangan terbesar yang kita hadapi adalah godaan untuk hidup mementingkan diri sendiri. Sebab kita tahu bahwa Tuhan memang menginginkan yang terbaik buat kita, Ia ingin kita makmur, menikmati kemurahanNya dan banyak lagi yang Ia sediakan buat kita, namun kadang kita lupa dan terjebak dalam prilaku mementingkan diri sendiri. Sesungguhnya kita akan mengalami lebih banyak sukacita dari yang pernah dibayangkan apabila kita mau berbagi hidup dengan orang lain.
* Langkah ke tujuh adalah memilih untuk berbahagia hari ini. Anda tidak harus menunggu sampai semua persoalanmu terselesaikan. Anda tidak harus menunda kebahagiaan sampai Anda mencapai semua sasaranmu. Tuhan ingin Anda berbahagia apapun kondisimu, sekarang juga.

Source : http://www.emotivasi.com/2008/08/08/mencapai-potensi-hidup-yang-maksimal/

Mengatasi Kesedihan

Hidup seakan menjadi tidak nyata setelah kehilangan sesuatu yang sangat berarti. Belajar bagaimana cara menghadapinya, terlibat di dalamnya, dan masuk kembali ke dunia nyata ketika kita merasa sangat kesepian dan sedih adalah sebuah perjuangan yang terjadi dengan tingkat yang berbeda pada masing-masing orang. Meskipun tampaknya mustahil, ada beberapa hal yang spesifik yang dapat Anda kerjakan sekarang untuk membantu Anda melewati masa-masa sulit setelah kehilangan sesuatu yang amat berarti itu. Berikut ini 12 ide yang bisa Anda gunakan.
1. Sediakanlah ruang dan waktu Jiwa Anda butuh waktu untuk pemulihan.
Berilah ruang bagi diri Anda sendiri. Kurangi harapan-harapan Anda. Santai. Artinya jangan menyiksa diri Anda jika proyek-proyek atau         tujuan-tujuan tak terlaksana seperti yang diharapkan.
2. Ceritakanlah.
Carilah teman dekat untuk mencurahkan perasaan Anda. Sangat penting untuk melepaskan kesedihan Anda dengan orang lain. Manusia diciptakan untuk menjadi makhluk sosial. Namun imbangilah hal ini dengan menyisihkan waktu dan ruang untuk sendirian.
3. Katakanlah “Selamat tinggal”.
Buatlah sebuah surat perpisahan kepada seseorang yang telah meninggalkan Anda. Itu adalah salah satu jenis penghilangan emosi yang dapat membantu proses penyembuhan. Namun jangan dipaksakan. Lakukanlah bila Anda merasa bahwa apa yang Anda lakukan itu baik.
4. Kenanglah.
Kumpulkan semua benda kenangan Anda bersama orang yang Anda cintai yang berupa foto, hadiah-hadiah, surat-surat dan kartu-kartu. Tunjukkan koleksi tersebut kepada orang lain untuk mambantu Anda mencurahkan perasaan Anda.
5. Menangislah.
Menangislah jika Anda sudah siap. Anda mungkin dalam keadaan shock dan penyangkalan serta bahkan tidak merasakan kesedihan selama beberapa waktu, jam-jam pertama atau kadang-kadang bahkan beberapa hari setelah kehilangan. Namun ketika saatnya emosi mulai muncul, biarkan air mata Anda mengalir.
6. Pergilah Keluar!
Habiskan waktu untuk minum teh atau kopi di kafe, berkeliling di toko buku, atau jalan-jalan di pertokoan/di taman.
7. Dapatkan Dukungan.
Bicaralah dengan orang-orang yang dalam hidupnya sudah pernah mengalami kehilangan.
8. Ampunilah.
Anda mungkin berpikir atau mengatakan “Saya seharusnya…. Saya seharusnya tidak…. Saya dapat…. Jika saja saya dapat….” Pikiran-pikiran tentang apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan hanya akan membuat Anda gila. Tak ada manusia yang sempurna, jadi ampunilah diri Anda sendiri dan orang lain.
9. Mencari Pelarian.
Pelarian bisa jadi hal yang sehat dalam dosis yang pas dan bisa disalurkan dalam berbagai bentuk. Misalnya, seseorang yang dalam keadaan tertekan, dia menghabiskan banyak waktu untuk tidur. Hal ini sebenarnya merupakan bentuk mekanisme pertahanan tubuh. Jadi carilah pelarian! Pergilah menonton ke bioskop, lakukanlah hobi baru, banyaklah tidur siang atau lakukanlah suatu perjalanan.
10. Berdoalah.
Biarkan Tuhan yang memulihkan Anda.
11. Singkirkanlah yang negatif.
Hentikan pikiran-pikiran negatif — ingat, pikiran-pikiran itu mengubah unsur-unsur kimia dalam otak Anda menjadi hal-hal yang lebih buruk. Berhatilah-hatilah berada diantara orang-orang yang negatif. Jika memungkinkan, menjauhlah dari keadaan yang membuat Anda sedih (lihat “Larilah”).
12. Berolahragalah.
Jangan mengabaikan tubuh Anda. Sekali-sekali, pergilah ke pusat kebugaran, dimana Anda akan dikelilingi oleh banyak orang. Olah raga memperbaiki penghargaan diri dan menghasilkan hormon-hormon positif dalam tubuh Anda. Kenikmatan yang timbul saat endorfin untuk dilepaskan selama berolahraga dapat memberikan hasil yang mengagumkan.

Source : http://www.emotivasi.com/2008/07/31/12-cara-mengatasi-kesedihan/

Elang dan Kalkun

Konon di satu saat yang telah lama berlalu, Elang dan Kalkun adalah burung yang menjadi teman yang baik. Dimanapun mereka berada, kedua teman selalu pergi bersama-sama. Tidak aneh bagi manusia untuk melihat Elang dan Kalkun terbang bersebelahan melintasi udara bebas.
Satu hari ketika mereka terbang, Kalkun berbicara pada Elang, “Mari kita turun dan mendapatkan sesuatu untuk dimakan. Perut saya sudah keroncongan nih!”. Elang membalas, “Kedengarannya ide yang bagus”.
Jadi kedua burung melayang turun ke bumi, melihat beberapa binatang lain sedang makan dan memutuskan bergabung dengan mereka. Mereka mendarat dekat dengan seekor Sapi. Sapi ini tengah sibuk makan jagung,namun sewaktu memperhatikan bahwa ada Elang dan Kalkun sedang berdiri dekat dengannya, Sapi berkata, “Selamat datang, silakan cicipi jagung manis ini”.
Ajakan ini membuat kedua burung ini terkejut. Mereka tidak biasa jika ada binatang lain berbagi soal makanan mereka dengan mudahnya. Elang bertanya, “Mengapa kamu bersedia membagikan jagung milikmu bagi kami?”. Sapi menjawab, “Oh, kami punya banyak makanan disini. Tuan Petani memberikan bagi kami apapun yang kami inginkan”. Dengan undangan itu, Elang dan Kalkun menjadi terkejut dan menelan ludah. Sebelum selesai, Kalkun menanyakan lebih jauh tentang Tuan Petani.
Sapi menjawab, “Yah, dia menumbuhkan sendiri semua makanan kami. Kami sama sekali tidak perlu bekerja untuk makanan”. Kalkun tambah bingung, “Maksud kamu, Tuan Petani itu memberikan padamu semua yang ingin kamu makan?”. Sapi menjawab, “Tepat sekali!. Tidak hanya itu, dia juga memberikan pada kami tempat untuk tinggal.” Elang dan Kalkun menjadi syok berat!. Mereka belum pernah mendengar hal seperti ini. Mereka selalu harus mencari makanan dan bekerja untuk mencari naungan.
Ketika datang waktunya untuk meninggalkan tempat itu, Kalkun dan Elang mulai berdiskusi lagi tentang situasi ini. Kalkun berkata pada Elang, “Mungkin kita harus tinggal di sini. Kita bisa mendapatkan semua makanan yang kita inginkan tanpa perlu bekerja. Dan gudang yang disana cocok dijadikan sarang seperti yang telah pernah bangun. Disamping itu saya telah lelah bila harus selalu bekerja untuk dapat hidup.”
Elang juga goyah dengan pengalaman ini, “Saya tidak tahu tentang semua ini. Kedengarannya terlalu baik untuk diterima. Saya menemukan semua ini sulit untuk dipercaya bahwa ada pihak yang mendapat sesuatu tanpa mbalan. Disamping itu saya lebih suka terbang tinggi dan bebas mengarungi langit luas. Dan bekerja untuk menyediakan makanan dan tempat bernaung tidaklah terlalu buruk. Pada kenyataannya, saya menemukan hal itu sebagai tantangan menarik”.
Akhirnya, Kalkun memikirkan semuanya dan memutuskan untuk menetap dimana ada makanan gratis dan juga naungan. Namun Elang memutuskan bahwa ia amat mencintai kemerdekaannya dibanding menyerahkannya begitu saja. Ia menikmati tantangan rutin yang membuatnya hidup. Jadi setelah mengucapkan selamat berpisah untuk teman lamanya Si Kalkun, Elang menetapkan penerbangan untuk petualangan baru yang ia tidak ketahui bagaimana ke depannya.
Semuanya berjalan baik bagi Si Kalkun. Dia makan semua yang ia inginkan. Dia tidak pernah bekerja. Dia bertumbuh menjadi burung gemuk dan malas. Namun suatu hari dia mendengar istri Tuan Petani menyebutkan bahwa Hari raya Thanks giving akan datang beberapa hari lagi dan alangkah indahnya jika ada hidangan Kalkun panggang untuk makan malam. Mendengar hal itu, Si Kalkun memutuskan sudah waktunya untuk pergi dari pertanian itu dan bergabung kembali dengan teman baiknya, si Elang.
Namun ketika dia berusaha untuk terbang, dia menemukan bahwa ia telah tumbuh terlalu gemuk dan malas. Bukannya dapat terbang, dia justru hanya bisa mengepak-ngepakkan sayapnya. Akhirnya di Hari Thanks giving keluarga Tuan Petani duduk bersama menghadapi panggang daging Kalkun besar yang sedap.
Ketika anda menyerah pada tantangan hidup dalam pencarian keamanan, anda mungkin sedang menyerahkan kemerdekaan anda…Dan Anda akan menyesalinya setelah segalanya berlalu dan tidak ada KESEMPATAN lagi…
Seperti pepatah kuno “selalu ada keju gratis dalam perangkap tikus”.

Source : http://www.emotivasi.com/2008/08/31/elang-dan-kalkun/

Jadilah Pelita

Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita.
Orang buta itu terbahak berkata: “Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok.”
Dengan lembut sahabatnya menjawab, “Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu.”
Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta.
Dalam kagetnya, ia mengomel, “Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!”
Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.
Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta.
Kali ini si buta bertambah marah, “Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!”
Pejalan itu menukas, “Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!”
Si buta tertegun..
Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, “Oh, maaf, sayalah yang ‘buta’, saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta.”
Si buta tersipu menjawab, “Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya.”
Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.
Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita.
Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, “Maaf, apakah pelita saya padam?”
Penabraknya menjawab, “Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama.”
Senyap sejenak.
secara berbarengan mereka bertanya, “Apakah Anda orang buta?”
Secara serempak pun mereka menjawab, “Iya.,” sembari meledak dalam tawa.
Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.
Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta.
Timbul pikiran dalam benak orang ini, “Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka.”
Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan!).
Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan “pulang”, ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf.
Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk “membuta” walaupun mereka bisa melihat.
Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu.
Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.
Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.
Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam? JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita.
Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan: Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi.
Bila mata tanpa penghalang, hasilnya adalah penglihatan. Jika telinga tanpa penghalang, hasilnya adalah pendengaran. Hidung yang tanpa penghalang membuahkan penciuman. Fikiran yang tanpa penghalang hasilnya adalah kebijaksanaan.

Source : http://www.emotivasi.com/2012/01/30/jadilah-pelita/#more-417