Seekor lutung (kera hitam) berjalan terseok-seok di pasir. Akibat jatuh
dari pohon, tubuhnya menjadi lemah tak bertenaga. Ia lapar sekali,
sementara hutan masih jauh. Dengan memaksa diri, ia tiba di tepi muara
sungai. Ia minum dengan rakusnya. “Kenapa kamu pucat lutung? Kamu sakit
payah?” tegur seekor ayam hutan besar yang mematuk-matuk udang di tepi
muara. “Ya, tolong terbangkan aku ke hutan di seberang muara ini,” pinta
lutung. Ayam hutan merasa iba dan setuju, ia terbang membawa lutung
yang berpegangan erat di kakinya.
Sesampainya di hutan, lutung tak mau melepaskan kaki ayam hutan. Ia
bahkan mencabuti semua bulu ayam hutan yang berwarna kuning keemasan
itu. Sang ayam hutan pingsan karena kesakitan. Dia sudah mati, pikir
lutung. Kemudian bangkai ayam hutan disembunyikannya di dalam semak
belukar, sementara ia pergi mencari api di dalam hutan.
Sang Ayam Hutan kemudian sadar. Dia menangis tersedu-sedu sebab
kehilangan semua bulunya. “He, kenapa badanmu, siapa yang telah
mencabuti bulu-bulumu?” tanya seekor sapi dengan heran. Ayam hutan
menceritakan semua pengalamannya. Alangkah marahnya sapi terhadap
perlakuan si lutung. “Kurang ajar!” Biarlah kuberi pelajaran lutung itu.
Sembunyilah kau di tempat lain,” ujar sapi. Ayam hutan menurutinya.
Ketika lutung datang membawa obor dan menanyakan di mana ayam hutan,
sampi membohonginya. “Ayam hutan itu rupanya belum mati, ia berenang ke
tengah laut,” kata sapi. Lutung meminta sapi mengantarnya ke gundukan
batu karang di tengah laut, di mana ia mengira si ayam hutan
bersembunyi. Dengan ramah sapi bersedia mengantarnya. Tanpa pikir
panjang lutung naik ke punggung sapi yang kemudian berenang ke gundukan
batu karang di tengah laut. Akan tetapi, setelah lutung loncat ke
gundukan batu karan gitu, segera sapi meninggalkannya. “Semoga kau
mampus disergap ikan gurita” ujar sapi. Lutung duduk di puncak batu
karang dan menangis. “Mengapa kamu menangis?” tegur seekor penyu. “Aku
heran, bagaimana kau dapat ke sini.” Aku naik sampan, kemudian sampanku
terbalik dan aku terdampar disini,” jawab lutung berbohong. Karena
kasihan, penyu mengantarkan lutung ke pantai. Lutung naik ke punggung
penyu.
“Bagaimana kau dapat berenang dengan cepat?” tanya lutung. “Dengan
kayuhan kaki-kakiku,” jawab penyu tanpa curiga. Ketika di pantai, lutung
ingin melihat kaki penyu. Penyu setuju dan segera tubuhnya dibalikkan
oleh lutung. Ternyata lutung segera meninggalkan penyu dalam keadaan
terbalik. Ia bermaksud mencari harimau, karena hanya harimaulah yang
dapat mengeluarkan daging penyu dari kulitnya yang keras itu.
Penyu menangis dan berteriak-teriak minta tolong. “Mengapa kamu?” tanya
seekor tikus yang mendekat. Penyu lalu menceritakan pengalamannya. Tikus
pun mejadi sangat marah terhadap lutung yang tak tahu membalas budi
itu. Ia bersama tikus-tikus lain menggali pasir di bawah badan penyu,
dengan harapan apabila air pasang naik penyu dapat membalikkan tubuhnya
dengan mudah. Sementara menunggu kedatangan lutung, tikus-tikus itu
menutupi tubuh penyu dengan tubuh mereka sendiri. Dan menari-nari sambil
bersayir : “Mari kita ikut gembira ria … bersama sang lutung yang
jenaka … yang berhasil menipu Raja Rimba … yang mengira betul ada penyu,
padahala hanya kita yang ada…” Lutung yang datang bersama harimau
sangan heran, dimanakah penyu? Mendengar syair tikus-tikus, harimau pun
menjadi marah karena merasa ditipu. “Mana penyu yang kau katakan itu?”
geramnya. Kemudian lutung itu diterkam oleh sang Harimau, dibawa lari
kedalam hutan.
Source : http://kumpulan-dongeng.blogspot.com/2011/10/akhir-riwayat-sang-lutung.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar