Doa Tulus Seorang Sahabat

Oleh : Erlina Budhi Astuti

            Seulas  senyum  senja,  terhampar  menghiasi  angkasa  raya.  Sepucuk  puisi  surge terkumandangkan di alam semesta. Satu lukisan illahi yang sungguh  mempesona. Secercah harapan terbesit di hati Nirmala, gadis kecil berusia 8 tahun yang memiliki  nama lengkap Lathifah Cahya Nirmala. Gadis tersebut memiliki harapan yang  sederhana tetapi sangat berharga. Ia hanya berharap sahabatnya yang bernama Naumi  Vera Azzahra kembali, sahabat yang sejak kecil menemaninya. Setiap senja, Nirmala  utarakan harapannya kepada Allah SWT. Ia selalu yakin, bahwa sahabatnya itu akan  kembali.

Sudah empat tahun  lamanya, Nirmala menunggu. Namun sahabat yang telah  lama ia tunggu, tak kunjung datang menemuinya. Gadis kecil yang lugui tu pun  bertransisi  menjadi remaja yang memiliki pola pikir dewasa, berpendirian teguh,  berjiwa ksatria, dan cinta terhadap lingkungan. Hidup Nirmala kini pun semakin  berwarna. Meskipun banyak hal yang berubah darinya tetapi ada satu hal yang tidak  berubah darinya, yaitu kerinduannya kepada sahabatnya.

Suatu ketika, Nirmala teringat akan masa kecilnya yang menyenangkan  bersama Naumi. Masa di mana mereka selalu terlihat kompak dalam melakukan hal  apapun. Masa di mana mereka memiliki visi dan misi yang sama, dan masa di mana mereka meraih cita-citanya.

Masa di mana mereka selalu berangkat ke sekolah bersama-sama, pulang ke sekolah bersama-sama, dan melakukan hal yang lain dengan bersama-sama. Namun,  ada satu hal yang selalu terngiang dipikiran Nirmala, yaitu kepergian Naumi  sahabatnya. Naumi telah pergi jauh meninggalkan Nirmala, Naumi pergi ke pangkuan  sang Illahi, karena leukimia yang dideritanya. Tak jarang Nirmala menangis ketika  teringat akan hal itu.

Teringat akan hal itu, kini Nirmala tersadar. Ia tersadar, karena keegoisannya  itu, membuat ia lupa dengan tugas yang harus diembannya.Yaitu menjalankan hidup  yang lebih baik lagi dan melestarikan lingkungan.

“  Astaghfirullah, kenapa aku seperti ini? Apa yang telah aku lakukan selama  ini? Aku telah melupakan tugasmu , ya Allah. Aku egois ya Allah, aku tak sadar, ya  Allah bahwa sahabatku pergi untuk selamanya dan tak kan bisa kembali, ya Allah,“  ketuk hati Nirmala.  

“Keegoisanku telah membutakan aku untuk menjalankan tugas-tugas dan  perintah yang telah disampaikan oleh Allah kepada Rasul-Nya,“ ucap Nirmala.

Kini Nirmala bangkit dari keterpurukannya selama ini, dan sekarang pun  Nirmala berjuang keras untuk melaksanakan tugas yang selama ini ia tinggalkan. Ia  memulai lembaran baru hidupnya. Hidupnya sekarang penuh dengan semangat  pembangunan, cita-cita dan harapan yang sangat berpengaruh. Ia menjalani hidupnya  penuh dengan cinta kasih dari orang-orang sekitarnya.

            Kini, Nirmala telah menemukan pengganti Naumi, yaitu Lutfita Cahya Niswara  yang meiliki sifat hampir sama dengan Naumi. Sekarang mereka pun sudah bersahabat  selama dua tahun. Semua hal mereka lalui bersama-sama, baik dari hal menyenangkan sampai hal yang penuh dengan kesedihan. Tak jarang persahabatan mereka mendapat cobaan tetapi mereka dapat mengatasi semua cobaan tersebut dengan berpegang teguh  kepada agama Islam.

            Mereka memang sudah terbiasa mengahadapi cobaan dari Allah. Namun suatu ketika, persahabatan mereka menghadapi badai yang sangat dahsyat. Merekapun kesulitan menjalaninya.

            “Nirmala, aku ingin bicara denganmu,“  ucap Fita sambil menangis terisak.

            “Ada apa Fita, Mengapa kamu menangis? “  tanya Nirmala dengan perasaan cemas.

            “Aku akan pergi meninggalkanmu, Nirmala,“  ujar Fita.

            “Apa maksud dari perkataanmu itu Fita? Aku sungguh tidak mengerti,“ tanya Nirmala.

            “Aku akan pergi dari dunia ini Nirmala, sebentar lagi aku akan pergi ke rumah Allah. Karena aku divonis dokter mengidap Leukimia, dan usiaku tidak lama lagi, hanya tersisa dua bulan Nirmala,“ jawab Fita.

            “Astaghfirullah Fita, jangan bicara seperti itu. Takdir itu ada di tangan Tuhan, dokter hanya bisa memprediksi. Bisa saja prediksi itu salah. Kamu tenang ya, Fita!“ ujar Nirmala sambil menitihkan air mata.

            “Tapi Nirmala. Aku akan mati, “ ucap Fita seraya memeluk Nirmala.

            “Mendingan kamu pulang dan istirahat dulu ya, Fita. Tenangkan dirimu, dan berdoa kepada Allah SWT supaya penyakitmu diangkat. Aku anatarkan pulang ya,“

            Nirmala berjalan mengantarkan Fita, dan mereka menyusuri Jalan sepanjang perjalanannya menuju ke rumah Fita. Setelah mengantarkan Fita pulang ke rumahnya,  Nirmala bergegas pulang ke rumah. Nirmala pulang ke rumah sambil menangis, di dalam hati Nirmala ia berbicara,

            “Mengapa engkau beri cobaan yang berat  untukku,  ya Allah? Baru dua tahun aku menemukan pengganti Naumi, mengapa Engkau mau mengambilnya lagi ya, Allah? Apa salahku?“ perasaan yang terbesit di hati Nirmala.

            Sesampainya di rumah, Nirmala hanya bisa menangis dan tidak mau berbuat apa-apa.

            “Ada apa,Nak? Mengapa kamu hanya mengurung diri di kamar?“ tanya ibunya.

            “Nirmala sedih ,Bu. Nirmala akan ditinggalkan sahabat Nirmala yang kedua kalinya,“ jawab Nirmala.

            “Memangnya, Fita mau pergi ke mana?  Ayo makan dulu, Nak.  Nanti sakit, loh!“ tanya ibunya lagi.

            “Aku tidak selera makan ibu. Aku sedih, aku akan ditinggal Fita pergi ke Rumah Allah, Ibu,“ jawab Nirmala.

            “Kamu itu bicara apa? Jangan su’udzon dulu, takdir itu hanya ada di tangan Allah, bukan dari manusia.  Manusia hanya bisa berdoa dan berusaha. Lebih baik,  kamu pergi ambil air wudlu dan sholat, kemudian memohon kepada Allah agar  penyakit Fita diangkat oleh Allah SWT!” ibunya berusaha menjelaskan.

            “Iya, Bu.Terima kasih, “ jawab Nirmala berusaha menerima nasihat ibunya.

            Nirmala anak yang patuh, Ia selalu menuruti nasihat dari ibunya. Tak henti-hentinya ia memohon kepada Allah, hanya satu yang pintanya kepada Allah, yaitu kesembuhan Fita sahabatnya.

            “Ya Allah, ampunilah dosaku dan dosa Fita sahabatku, ya Allah. Angkatlah  penyakit yang diderita Fita, ya Allah. Jangan ambil Fita dariku, ya Allah. Aku belum sempat berbahagia bersama sahabatku Fita, ya Allah. Sembuhkanlah Fita,ya Allah, agar aku dan Fita dapat melaksanakan tugasmu dengan bersama-sama. Sembuhkanlah Fita, ya Allah. Amin.“

            Hanya itulah doa Nirmala kepada Allah SWT. Dan hanya itulah  permintaannya  kepada Allah SWT. Namun, Nirmala tak patah semangat. Ia selalu berusaha membuat  sahabat terbaiknya sembuh dari penyakit yang dideritanya.

            Semenjak Fita divonis mengidap leukemia, Fita sudah tidak masuk sekolah,  dan  Fita pun melakukan kemoterapi secara rutin dan teratur. Namun, Fita tidak berputus  asa, ia tetap berjuang melawan penyakit yang dideritanya. Meskipun, awalnya Fita sempat merasa takut untuk melakukan kemoterapi yang pertama. Namun, dengan semangat dan dukungan dari Nirmala, Fita pun memberanikan diri demi sahabat  tercintanya, Nirmala.

            Hari demi hari telah terlalui, bulan demi bulan telah terlewati, tak sadar  sudah tiga bulan Fita bertahan hidup. Semua orang merasa senang, karena Fita  telah  melalui masa kritisnya. Begitu pula Nirmala, ia sangat gembira dan  bersemangaat dalam membantu Fita agar sembuh dari penyakitnya.

            Namun, di  saat semua orang merasa senang akan kabar itu, Fita kembali  menghadapi masa kritisnya. Semua orang yang semula berbahagia, kini kemabali  berduka. Fita mengalami koma, semua orang sudah berputus asa. Namun, ada satu  orang  yang  tetap  bersemangat, yaitu  Nirmala. Nirmala  yakin, bahwa  sahabatnya  itu  bisa sembuh dan kembali seperti sedia kala. Nirmala selalu mebisikkan kata penyemangat di telinga Fita.

            “Fita,  ayo  bangun!  Kamu  pasti  sembuh  dan  kamu  pasti bisa, karena  ada  aku yang selalu mendampingimu. Ayo bangun, Fita! Apa kamu tega, meninggalkan sahabatmu seorang diri di bumi ini? Apa kamu tega? Ayo cepat bangun Fita! Apa kamu tidak percaya Islam itu agama yang sungguh dahsyat, apa Kamu tidak percaya bahwa Allah itu maha kuasa? Ayo, cepat bangun Fita!“ bisik Nirmala di  telinga Fita, gadis remaja yang penuh dengan optimis.

            Tidak  disangka,  sahabat  Nirmala  yang  bernama  Fita  itu  merespon  ucapan  Nirmala.  Fita  menitihkan  air  mata.  Semua  orang  yang  melihat  dari  jendela  kaca rumahsakit  tersebut, turut menitihkan air mata saat melihat perjuangan Nirmala untuk membangunkan Fita sahabatnya.

            Selain  membisikkan  kata-kata  penyemangat ke telinga  Fita, Nirmala juga  selalu berdoa dan membacakan ayat-ayat suci Al-Qura’an. Nirmala tetap teguh dengan  keyakinannya, bahwa Islam itu dahsyat, Islam selalu memudahkan semua hal yang sulit.

            Tidak sia-sia perjuangan Nirmala selama ini, Fita tersadar dari komanya, setelah mengalami koma selama sepuluh hari. Semua orang kembali bergembira  mendengar kabar tersebut. Semua orang bersujud Syukur kepada Allah SWT.

            Setelah mendengar kabar tersebut,  Nirmala tidak sabar ingin masuk ke  dalam ruangan tempat Fita berbaring dan ingin segera memeluk sahabat tercintanya itu, Fita. Nirmala dengan secepat kilat masuk ke dalam  ruangan  tersebut.

            “Alhamdulillah, kamu telah sadar, Fita,“ ujar Nirmala dengan penuh kegembiraan.

Fita hanya dapat membalas Nirmala, dengan  seutas  senyuman.  Tidak  lama  kemudian,  dokter  memvonis  Fita  bahwa  penyakit  yang dideritanya telah sembuh total.

Fita kembali ke rumahnya, dan menjalani kehidupannya seperti sedia kala.  Sedikit demi  sedikit, Nirmala mengajak keluar Fita  dan mengajarkannya arti penting  peduli  lingkungan. Fita sungguh berterima kasih kepada Nirmala, yang telah  berjuang demi kesembuhan Fita.

Akhirnya, mereka pun bahagia menjalani hidup yang penuh dengan  kebahagiaan dan kegembiraan.

Mendengar kisah tersebut, kita bisa mengambil hikmah. Bahwa hidup itu harus  penuh dengan  optimisme dan keyakinan. Semua masalah yang kita hadapi akan hilang  dengan sendirinya bila kita yakin dan selau memohon  kepada  Allah SWT.